Rabu, 14 Maret 2012

"Dibalik Angka 10" (Arjuno)


10-10-2010
 


        Gunung Arjuno yang menjulang tinggi besar bila dilihat dari arah Malang dan Surabaya memiliki ketinggian 3339 mdpl yang menjadikannya sebagai puncak kedua tertinggi di Jawa timur setelah G. Semeru. Untuk kesekian kalinya saya mendaki gunung ini setelah beberapa bulan sebelumnya berhasil menaklukan puncaknya. Kali ini saya akan mengantarkan teman-teman saya yang sebulan sebelumnya saya antarkan mereka untuk menaklukan G.Penanggungan. Kini mereka ketagihan akan kegiatan ini setelah mereka tahu betapa menyenangkannya kegiatan yang berhubungan dengan alam bebas.

            Sebenarnya rencana pendakian ke gunung ini datang dari Yasir yang mengajak saya untuk menemani dirinya sebelum dia nantinya akan memutuskan bekerja. Akhirnya dengan waktu yang sebenarnya mendadak karena saat itu saya sehabis kuliah, dengan persiapan yang serba mepet. Akhirnya kami berangkat dari Kampus ITS sekitar pukul 22.00 WIB menuju Tretes yang merupakan base camp pendakian ke G. Arjuno-Welirang. Kami sampai sekitar pukul 23.30 WIB di base camp, dan langsung memarkirkan motor kami. Sebelum memulai pendakian, kami berjalan turun sebentar ke pasar untuk membeli beberapa perlengkapan yang kurang sambil nge-ronde sekalian. Barulah sekitar pukul 00.15 kami memutuskan berangkat memulai pendakian, kamipun memulai perjalanan dengan melewati tanjakan yang berpaving. Kemudian kami melewati hutan yang treknya mulai sangat menanjak, tak berapa lama sampailah kami di Pet bocor. Di pet bocor inilah kami merencanakan berkemah ditempat tersebut dan menghemat stamina buat perjalanan keesokan harinya. Setelah mendirikan tenda, kamipun terlelap dalam dinginnya malam di tempat tersebut. 



     Keesokan paginya sekitar pukul 06.00 WIB kami terbangun dan kamipun langsung membereskan perlengkapan kami beserta tendanya sekalian. Karena didepan hadapan kami terdapat warung yang buka di pagi itu, kamipun mengganjal perut kami dengan gorengan pagi itu. Pukul 07.00 WIB kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan menuruti jalan setapak yang masih bercor. Sesampainya di depan pos yang terdapat palang yang merupakan tanda memasuki kawasan Hutan lindung R.Soeryo, dimulailah perjalanan dengan melewati jalanan berbatu-batu. Dengan kondisi jalanan setapak yang tersusun atas batu-batuan yang ditata sedemikian rupa, sangatlah menyiksa kami pagi itu sehingga terkadang lutut kaki saya sering sakit saat itu karena tak kuat lagi berjalan. Setelah saya tambal dengan balsam geliga terus-menerus, akhirnya saya menguatkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Shelter 1 kokopan yang jaraknya memang masih jauh. Akhirnya kami sampai di Shelter 1 Kokopan sekitar pukul 11.00 WIB, kamipun mengistirahatkan tubuh kami sebentar di gubuk yang berdiri di shelter tersebut. Kamipun memasak makanan untuk mengganjal perut kami yang kebetulan sudah sangat lapar, sesudah itu kami bergantian mandi di mata air yang terdapat ditempat itu. Sungguh segarnya bukan main mata air yang keluar dari Gunung ini sehingga kami tak bosan berada di tempat ini untuk berlama-lama. 




      Karena kami harus sampai di Shelter 2 Pondokan sebelum malam hari, akhirnya kami meninggalkan kokopan dan berjalan melanjutkan perjalanan melewati jalanan berbatu yang sama dengan sebelumnya. Jalanan yang terbuat dari tatanan batu ini merupakan jalur mobil jeep yang bertugas mengangkut belerang dari Shelter pondokan ke bawah. Jadi jalur ini dibuat berkelok-kelok sesuai prinsip hukum fisika agar kecepatan selalu konstan dan tak menimbulkan bahaya bagi pengendara. Tapi dengan keadaan jalur yang berkelok-kelok membuat para pendaki yang melewati jalur ini membutuhkan waktu yang agak lama yaitu sekitar 4 jam perjalanan untuk menuju Shelter 2 Pondokan.



        Setelah berjalan naik terus-menerus melewati tanjakan berulang kali hingga sampailah kami di jalanan agak landai yaitu melewati punggungan gunung Welirang yang melewati alas Lali Jiwo. Ditempat ini stamina kami sudah habis, sehingga berjalan beberapa meter sudah berhenti. Akhirnya kami sampai di Shelter 2 Pondokan sekitar pukul 17.00 WIB dan beristirahat sebentar sambil memulihkan stamina kami sejenak. Disana kami bertemu dengan para pendaki dari kampus Unair yang akan melakukan pendakian ke G. Welirang dan memutuskan bermalam disini. Karena saya tahu bermalam disini sangatlah kurang nyaman karena banyaknya para penambang yang biasanya kurang ramah terhadap kehadiran para pendaki, saya pun memutuskan agar menginap dilembah kidang saja. Akhirnya di tengah kegelapan dengan bekal 2 lampu senter kami melanjutkan perjalanan menuju Lembah Kidang untuk ngecamp ditempat tersebut. Dengan melewati jalanan setapak yang landai yang disekitarnya sudah tak dijumpai semak belukar yang rimbun seperti dulu karena akibat kebakaran hebat yang melanda hutan ini kayaknya. Sehingga kami dengan mudah menemukan jalur pendakian tanpa repot dan bingung akan kesasar dimalam itu. Kamipun memutuskan untuk mendirikan tenda disalah satu tempat yang sebenarnya belum sampai di Lembah Kidang. Setelah tenda berdiri, kami memasak makanan sambil membuat api unggun untuk menghangatkan diri di dinginnya malam itu. Sunyinya malam itu karena kami berada di tengah Hutan Lali Jiwo, semakin menambah nuansa seram diantara kami saat itu. Akhirnya kamipun masuk tenda dan beristirahat untuk menyiapkan stamina buat perjalanan esok pagi karena kami harus berangkat sekitar pukul 03.00 pagi. Dalam balutan udara dingin yang menusuk kulit kami saat itu, kami harus bangun untuk melanjutkan perjalanan di pagi buta saat itu. Berbekal lampu senter, beberapa makanan dan sebotol minuman, kamipun bernagkat menuju puncak Arjuno. Melewati jalanan yang tak terlalu sulit meskipun terkadang terhalang oleh banyaknya pohon yang tumbang akibat kebakaran hutan ini sebelumnya, sampailah kami di padang luas yaitu Lembah kidang. Kondisi tempat ini sangatlah berubah akibat dari kebakaran hutan yang hebat di Gunung ini yang mengakibatkan lembah yang indah inipun ikut terbakar habis. Mentaripun muncul yang menandakan pagi sudah datang, kamipun melanjutkan perjalanan dengan melewati tumpukan batu besar dan inilah awal perjalanan ke puncak dimulai. Perjalanan dimulai dengan menyusuri jalanan menyamping yang disebelah kami adalah jurang, terkadang kami juga harus merangkak untuk menaiki salah satu bukit karena terjalnya kondisi trek. Dan tak terlupakan kami harus sangat menghemat betul akan persediaan air kami yaitu cuma minum setutup botol setiap kali istirahat agar irit. Inilah kondisi yang tak terduga-duga bila mendaki gunung ini yaitu cuaca bisa berubah kapanpun, jadi kami dalam perjalanan pendakian ke puncak hampir selalu ditemani kabut tebal yang disertai angin yang kencang dan tetesan gerimis. Sehingga kamipun harus ekstra hati-hati terhadap jalanan yang mulai licin, setelah sekian lama berjalan akhirnya kami sampai di salah satu puncak bayangan. Untuk sampai ke Puncak Arjuno atau puncak sesungguhnya setidaknya harus melewati 3 puncak lainnya terlebih dulu. Gunung ini memanglah mengahadirkan tantangan yang luar biasa buat para pendaki, karena para pendaki harus ekstra sabar bila ingin sampai ke puncaknya.




     Setelah naik turun melewati beberapa puncak semu, akhirnya sampailah kami di Puncak sesungguhnya yaitu Puncak Arjuno atau sering disebut puncak Ogal-agil, karena hanya terdiri dari tumbukan batu besar yang tertata sedemikian rupa. Meskipun kami sampai di puncak, cuaca disana tetaplah berkabut sehingga kami tak bisa menikmati indahnya pemandangan di bawah kami.








      Setelah berlama-lama bersenang-senang di puncak, akhirnya kami memutuskan turun sekitar pukul 09.00 WIB. Dalam perjalanan turun yang tak membutuhkan waktu terlalu lama, dari kejauhan di tempat kami mendirikan tenda terdapat beberapa orang yang mencurigakan. Kami takut barang bawaan kami dicuri oleh mereka, kamipun berlari cepat agar cepat sampai ke tenda kami. Eh ternyata mereka adalah pendaki juga yang sengaja menunggu kehadiran kami karena mereka mau mendirikan tenda di tempat tesebut. Kamipun lega dan menceritakan kekhawatiran kami tadi ke mereka, mereka pun tertawa dan malahan baik menawari kami minum dan makan karena mereka tahu bekal kami keliatannya hampir habis. Sungguh mulia hati mereka, padahal mereka baru saja mengenal kami dan kami telah berprasangka buruk ke mereka. Sebelum melanjutkan turun ke Shelter pondokan, kami berpamitan dulu ke mereka dan tak lupa mendoakan mereka agar bisa sampai ke puncak Arjuno esok harinya dengan selamat tentunya. Kamipun berjalan turun menuju pondokan, dalam perjalanan kami dihadang hujan yang turun secara tiba-tiba dan untungnya posisi kami sudah dekat dengan Pondokan tinggal berjalan menuruni bukit beberapa meter saja. Tapi hujan yang tetap turun dan tak mau berhenti memaksa kami mengeluarkan jas hujan sambil tetap berjalan menuju salah satu gubuk di Shelter Pondokan. Pakaian kami pun lumayan basah akibat hujan ini, untuk menghilangkan rasa dingin yang muncul akibat kehujanan tadi. Kami memasak air untuk membuat kopi sambil memasak makanan juga dan berharap agar hujan cepat berhenti saat itu. Tapi hujan malah turun dengan derasnya sehingga kami terjebak di Shelter Pondokan kira-kira sejam lamanya.



        Setelah Hujan berhenti, sekitar pukul 13.30 WIB kami turun menuju shelter 1 Kokopan. Dengan jalanan yang agak licin akibat hujan tadi, kami harus berhati-hati agar tak terpeleset di sepanjang perjalanan. Hingga kira-kira pukul 16.30 WIB kami sampai di Kokopan. Kami memutuskan istirahat sebentar dan memasak air untuk membuat minuman sebagai penghangat tubuh kami. Pukul 17.15 WIB kami melanjutkan perjalanan turun dan hujanpun turun lagi dengan derasnya yang dimulai dengan turunnya kabut tebal dari puncak. Kami tetap berjalan meskipun kami basah kuyub kehujanan, perjalanan turun inipun semakin berat karena ditambah malam yang datang dan kami kekurangan senter untuk penerangan kami. Diperparah lagi dengan jalanan yang berbatu yang membuat kaki kami seringkali kesakitan akibat tersandung  batu ditengah jalan. Sunyinya malam itu dan dropnya fisik kami membuat malam itu menjadi semakin mencekam karena kami berada di tengah hutan. Berbekal doa dan sholawat, kami tetap berjalan turun dan akhirnya sampailah kami di ujung perjalanan yaitu di Base Camp pendakian. Kamipun bersyukur bisa sampai sekitar pukul 20.00 WIB  karena kondisi fisik saat itu benar-benar  sudah drop akibat kehujanan dan kedinginan. Demikianlah akhir dari cerita perjalanan saya beserta teman-teman yang tak terlupakan dalam kehidupan saya. Semoga dapat menjadi pembelajaran buat anda kalau ingin melakukan perjalanan ke gunung ini. Tetap jagalah dan cintailah lingkunganmu demi kelangsungan kehidupan anak cucu kita kelak.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar