Sabtu, 27 Juli 2013

Tes Adrenalin (Penanggungan)

Tak ada kenikmatan selain dipuncak
           Selamat pagi kawan2 baru yang menyukai tantangan di gunung, hari libur adalah hari berharga bagi kalian untuk sekedar menyalurkan hobby kalian dan tak ada lagi kenikmatan selain mendekatkan diri pada alam. Gunung ibarat sekolah yang kedua bagi saya saat ini karena banyak menginspirasi dan mengajarkan banyak hal di kehidupan saya untuk tdk cepat berputus asa, pantang menyerah, sabar, bersyukur, saling menolong dan yang terpenting berani menghadapi masalah. Banyak sifat positif yang bisa didapat dari hobby ini kawan, meskipun terkadang banyak juga seagian orang yang melanggar etika2 yang sebenarnya wajib dipatuhi selama menjadi pendaki gunung. Aku tak mau berbicara panjang lebar, dalam cerita terbaru saya kali ini saya ambil kisah perjalanan lama saya di tahun 2012 kira-kira dibulan September. Ternyata udah lama juga ya gk nulis lagi di blog ini. Dimula dari rasa kangen berlebih untuk mendaki lagi setelah 3 bulan lamanya tak bisa menghirup udara bebas dan saya putuskan untuk mendaki gunung terdekat mana lagi kalau bukan gunung Penanggungan di mojokerto. Segera teman-teman saya ajak rundingan alias kopi darat dari teman maen sampek teman kuliah dan hasilnya hanya beberapa saja yang ikut. Saya putuskan untuk berangkat hari Sabtu pagi dan pulang Minggu siang, mendekati hari H satu persatu teman-teman saya mengundurkan diri untuk tidak ikut dengan berbagai alasan, tinggallah 2 orang yaitu teman kuliah saya si Andy dan Teman main saya Nafik.

            Tak ingin mengecewakan mereka karena meraka juga belum pernah mendaki kegunung ini, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat. Plan berubah setelah si Nafik akhirnya berhasil membujuk salahsatu temannya untuk ikut dan akhirnya genaplah jumlah rombongan kami yaitu 4 orang. Setelah packing menyipakan perbekalan dan peralatan yang dibutuhkan, kamipun berangkat menjinjing ransel kami masing-masing. Tapi dipendakian kali ini saya tak membawa ransel besar saya karena menyesuaikan jumlah barang dan hari pendakian yang dibutuhkan. Saya dan Andy pun berangkat dari Surabaya menuju kampung halaman saya Sidoarjo untuk berkumpul dengan teman-teman saya yang sudah menunggu dirumahnya. Kamipun berbelanja logistik sebentar untuk melengkapi barang bawaan kami dan langsung Let's Go menuju Trawas. 1, 5 jam perjalanan yang kami tempuh dengan pemandangan sawah yang masih hijau dan perkampungan asri dikaki gunung sedikit mengobati kerinduan kami untuk segera melakukan pendakian, karena salah satu dari kami belum pernah ada yang melakukan pendakian lewat jalur ini, saya pun memutuskan untuk banyak bertanya ke penduduk lokal mengenai lokasi pos pendakiannya. Menurut info dari penduduk lokal untuk mendaki lewat jalur via Trawas, motor bisa diparkir diwarung depan kampus Ubaya. Tentunya bukan kampus utama Ubaya, melainkan cuma kampus bwt penelitian doang. Kamipun melaju untuk mencari-cari dimana letak kampus Ubaya tersebut dan alhasil kmipun sampai dilokasi dengan segera motor kami parkir. Untuk biaya parkir cuma dikenai Rp.5000,- perhari, karena kami sampai disitu siang hari sekalian lah saya mengambil wudhu untuk melakukan sholat jama' dhuhur-ashar sebelum berangkat. Sebelum berangkat saya teringat salah satu teman seperjuangan saya kok gue gk ajak ya?? akhirnya kuputuskan untuk calling dia dulu dn untungnya dia juga lagi libur sekolahnya tapi masih maen2 bentar di rumah temennya.
           Setelah dia konfirm ikut tapi nyusul berangkat sendiri katanya, kamipun siap-siap seperti biasanya kami melakukan doa agar diberikan keselamatan dan akhirnya Start dimulai. Langit cerah sudah menunggu kami disertai cuaca yang masih panas dan yang lebih menyenangkan lagi kami tidak melakukan pendakian sendiri, karena masih banyak orang ternyata di perbatasan jalan sebelum masuk trek pendakian untuk melakukn pendakian dimalam hari katanya. Sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, saya berhenti disalahsatu warung ditempat itu untuk registrasi rombongan kami dan membayar iuran swadaya Rp.2000 perorang. Kemudian kami berpamitan berangkat pada ibu sipenjaga warung beserta  rombongan lain dan perjalanan pun dimulai. Perjalanan pertama lewat jalur ini, the first experience for us dan paling penting still happy. Kamipun berjalan dengan santainya sampai kami capek baru berhenti, karena treknya terbilang cukup mudah, sehingga kamipun tidak terasa ternyata sudah berjalan agak jauh.  Melewati trek perkebunan warga yang dominan banyak jalanan kecil menuju ladang-ladang mereka membuat sedikit konsentrasi saya agak pecah dikala itu, bener gak jalan yang saya lewati ini?? Tp itulah gunung, gk ada tantangan gk asyik. Tak ada orang satupun untuk ditanyai dan akhirnya kamipun nekat jalan lurus sambil tetep tengok kanan kiri berharap menemukan sebuah petunjuk jalan. Akhirnya kamipun menemukannya juga dan beruntung jalan yang kami ambil itupun benar.Hari sudah menjelang petang dan kamipun masih seperempat jalan, suara adzan maghrib pun saut menyaut berkumandang terdengar ditelinga kami dan waktunya break sejenak. Dalam waktu istirahat saat itu kami isi untuk makan roti, canda-tawa, foto-foto dan   sambil menikmati indahnya langit sore di salasatu kota kecil Trawas dibawah kami tepatnya saat itu. Mataharipun sudah terbenam dan saatnya perjalanan dimulai kembali, karena udara sudah mulai dingin saat itu. Berganti melewati semak belukar yang kebanyakan didominasi oleh tumbuhan ilalang dan jalanan sudah mulai menguras tenaga sedikit, dalam kegelapan kami berhenti sejenak untuk mengeluarkan headlamp kami untuk penerang jalan kami dimalam itu. Dari atas kamipun sudah mendengar teriakan rombongan yang kebetulan lagi istirahat juga keliahatannya, tapi dari salah satu rombongan tersebut ada yang turun dan berpapasan deng kami. Kemudian saya tanya ke mereka apakah puncak masih jauh?? jawabnya udah deket kok mas, tinggal 15 menitan udah nyampek. Serentak temenku yang udah kecapekan dari tadi langsung semangat kembali dan dia langsung tk suruh jalan duluan biar cepet nyampeknya. Sedangkan aq masih berpikir, masa cuma 2 jam udah nyampek puncak karena keadaan gelap dan nengok keataspun gk ada gunanya karena gk keliatan apapun. Apa kita yg kecepeten jalannya? Halah dipikir entarlah. Yang penting nyampek. Setelah jalan sebentar kampun sampai ditempat yang datar dan agak luas, apakah ini puncaknya seperti yang dibilang anak2 tadi. Sekeliling terdaapat 2 tenda sudah berdiri, dan coba kutengok lagi keatas setelah kabut agak tersingkap sebntar dan puncak sejatinya keliatan masih sangat jauh. Sejenak mental kedua temen saya agak drop, tapi aq pun gk tinggal diam untuk menyemangati mereka kembali "sedikit-sedikit lama menjadi bukit bro" dan ntar lho nyampek dengan sendirinya. Kamipun brjalan kembali meninggalkan puncak gadungan tsb dan adrenalin baru dimulai.
         Melewati trek berbatu dan kemiringan hampir 60 derajat yng terkadang mmuat kami harus merangkak. ditambah kabut malam yang setia menemani kami agak membuat suhu dikawasan tersebut menjadi dingin kembali dan tubuh kami agak menggigil kedinginan tentunya bila berhenti berjalan. Kamipun memforsir tubuh kami untuk jalan terus karena masih belum capek sama sekali, hingga akhirnya kami menjumpai sebuah gua yang bernma gua botol, tapi bukan tujuan kami untuk kesitu dan kamipun tetap melnjutkan perjalan hingga ke puncak. Selang beberapa menit akhirnya kami menjejakkan kaki dipuncak, hal itu sungguh diluar dugaan saya karena cepat sekali kami bisa sampai puncak. karena malam semakin larut dan cuaca dipuncak semakin berkabut dan dingin sudah mulai menjalar ketubuh kami, kamipun memutuskan bermalam disebuah gua dipuncak dengan menuruni kawah puncak. Paginya kami keluar dan prepare untuk kembali ke puncak. Foto-foto menjadi agenda wajib kami disana dan barulah kemudian turun dan go home...


































Nikmati pertualangan anda, karena berpetualang itu asyik dan momen yang tak akan pernah terlupakan dalam hidup kita... Enjoy your life!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar