Jumat, 20 April 2012

"Menjemput Keindahan" (Lawu)

Puncak Hargo Dumilah - G.Lawu

         Ekspedisi kali ini berlanjut di salah satu gunung yang terletak di perbatasan Jawa Timur – Jawa Tengah yaitu Gunung Lawu. Gunung yang terkesan mistik bagi sebagian masyarakat jawa ini adalah salah satu gunung yang paling sering didaki dan menjadi favorit bagi para pendaki, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya 2 pos pendakian yang dua-duanya terletak tak berjauhan dan hanya dibedakan nama propinsi saja yaitu Pos Cemoro Sewu di Magetan- Jatim dan Cemoro Kandang di Karanganyar-Jateng. Selain alasan tersebut, tujuan terpenting lainnya adalah dalam rangka menaklukan puncak-puncak gunung di Jawa Timur yang berketinggian diatas 3000 meter. Mengapa saya pilih G.LAwu terlebih dahulu?? Jawabannya ditunjang dari segi Transportasi Mudah, Trek pendakian biasa, waktu tempuh tak terlalu lama dan yang terpenting hemat budget.

       Dipilihlah Gunung lawu sebagai tujuan selanjutnya dalam rapat saat itu dalam kumpulan kami dan kemudian kami malah pusing memikirkan masalah transportasi. Naik bis atau naik motor?? Setelah diitung-itung dan dipertimbangkan masak-masak. Naik bis lebih irit waktu perjalanan dan badan tak capek dalam perjalanan, namun biaya agak sedikit mahal. Sedangkan kalau naik motor, dibutuhkan waktu agak lama, badan pasti capek karena butuh waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai ke Magetan tetapi hemat budget. Budget adalah hal yang terpenting dari semua perjalanan yang kami lakukan, jadi kami selalu berpikiran bagaimana bolang atau backpakeran dengan budget seminimal mungkin, maklum duit masih minta sama emak. Jalan satu-satunya ya harus menabung sedikit demi sedikit. Setelah kami memutuskan berangkat hari kamis malam, karena jumat keesokan harinya sedang libur kuliah dan untuk menekan biaya perjalanan akhirnya kami memilih naik motor. Akhirnya rencana ini terwujudkan juga, kami berangkat dari rumah sekitar pukul 23.00 WIB langsung menuju Magetan. Sekitar 4 jam perjalanan, kami memasuki kabupaten Magetan dan langsung mencari tempat istirahat gratisan karena sudah tak kuat lagi menahan rasa kantuk yaitu di Hotel pertamina alias pom bensin. Setelah tidur beberapa jam, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Cemoro sewu. Dalam perjalanan menuju cemoro sewu, terlihat kota yang tenang dan tentram ditambah dengan sejuknya hawa pegunungan yang membuat hati ini serasa lebih damai. Hampir memasuki cemoro sewu, kami dihamparkan pemandangan yang indah dari Kota magetan dan telaga sarangan yang menjadi objek wisata primadona di kota ini. Setelah satu jam berkendara, akhirnya kami sampai juga di pos cemoro sewu sekitar pukul 07.00 WIB.

         Sebelum berangkat kami mampir di salah satu warung untuk sarapan terlebih dahulu, kami memesan sepiring nasi pecel ditambah segelas teh hangat. Setelah itu mencari tempat parkir dan kebetulan kami dapat tempat parkir yang murah dan tak jauh dari pos pendakian. Di pos pendakian Cemoro sewu kami membayar retribusi sebesar Rp.3000 per-orang. Kemudian dimulailah pendakian langsung menuju puncak Lawu, kami start sekitar pukul 08.00 WIB. Oh ya Hampir lupa, dalam pendakian ini kami terdiri dari 3 oarang, saya sendiri, sas dan fauzi. 



         Sekitar setengah jam berjalan kami sudah sampai di Pos sayur, kami kira ini sudah mencapai pos 1 dan ternyata ini hanyalah pos bayangan. Kami tidak berlama-lama karena kami masih belum capek. Dalam perjalanan selalu terdapat papan bertuliskan arah puncak lawu dan kode etik Pecinta Alam yaitu Don’t take anything but picture, Don’t leave anything but footprint & Don’t kill anyting but time. Kata-kata tersebutlah yang menjadikan semangat bagi saya untuk lebih mencintai dan menjaga alam ini dari tangan-tangan jahil. Kira-kira setengah jam perjalanan lagi kami sampai di pos bayangan Sendang panguripan. Ditempat tersebut terdapat mata air bila kita kebetulan kehabisan air dalam perjalanan. Kamipun langsung melanjutkan perjalanan lagi kira-kira 15 menit sudah sampai di Pos 1. Ditempat tersebut kami istirahat sejenak untuk melepas lelah dan kebetulan ditempat tersebut terdapat warung yang menjual makanan. 





       Inilah uniknya gunung ini, kita bisa menemukan beberapa warung dalam perjalanan ke puncak bahkan dipuncak konon masih ada yang berjualan makanan. Setelah kami cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali dengan melewati trek yang mulai menanjak. Kabut tebal mulai turun dari puncak dan menyelimuti kami sepanjang perjalanan kami menuju pos 2. Kira-kira 45 menit kami berjalan dan akhirnya sampai di pos 2 Watu Jago. Setelah dalam perjalanan tadi kami berjalan sendiri, tapi dalam perjalanan menuju pos 2 kebetulan kami berjumpa dengan rombongan lain sehingga lebih memotivasi kami untuk lebih cepat lagi dalam melangkah. Kami tak berlama-lama di pos 2 karena saat itu kabut turun dengan pekatnya, kamipun langsung tancap gas meninggalkan rombongan tadi. Meskipun trek yang terdiri dari jalanan berbatu, sama halnya yang kami pernah lewati ketika mendaki gunung welirang. Jadi kami tak kaget lagi melewati trek seperti ini atau kaki sudah beradaptasi. Bedanya kalau trek gunung ini meskipun menanjak tetapi didominasi tanjakan yang tidak seberapa tajam alias tiap tanjakan beberapa meter terdapat tikungan. Sehingga banyak dijumpai jalan tembusan atau jalan potong kompas di trek pendakian gunung ini. Setelah berjalan susah payah sejam lamanya, akhirnya kami sampai di Pos 3 Batu Kapur. 

       Disini kami bertemu 2 rombongan pendaki yang kebetulan lagi istirahat, kamipun tidak berlama-lama. Setelah membasahi tenggorokan yang kebetulan haus sekali , kamipun melanjutkan perjalanan kembali di tengah teriknya cuaca saat itu. Dalam perjalanan yang memakan kira-kira setengah jam lamanya dan kondisi trek yang lebih menantang lagi. Akhirnya kami tak kuat lagi menahan rasa kantuk dan memutuskan istirahat sejenak selama 10 menit ditengah perjalanan menuju pos 4. Setelah sekiranya tubuh agak fit, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju pos 4. Alhamdulillah kami sampai juga di Pos 4. Dipos ini kami istirahat lagi sambil makan-makan untuk mengisi tenaga kami kembali yang kebetulan sudah habis. Kamipun melanjutkan perjalanan lagi menuju pos 5 dengan bayangan puncak dalam setiap langkah kami. tetapi itu hanyalah ilusi semata yang membuat kami supaya lebih semangat lagi untuk cepat-cepat samapi kepuncak. Setelah setangah jam berjalan, akhirnya kami sampai di pos 5 yaitu disalah satu puncak lawu tapi masih dalam posisi puncak yang paling rendah. Di pos ini kami beristirahat lagi karena selain kondisi kami sangat lelah, cuaca saat itu juga sangatlah panas sehingga kami harus semaksimal mungkin menghemat persediaan air. Sebenarnya persediaan air digunung ini bukanlah menjadi persoalan, karena kita dapat menemui banyak sumber air dalam perjalanan. Tapi kami teledor, sehingga kami Cuma membawa 3 botol air. Setelah sekiranya cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Sendang drajat yang merupakan salah satu tempat terdapatnya sumber mata air dipuncak. Dalam perjalanan kami melewati sumur jolotundo yang berupa cekungan dalam dari gunung ini. 




        Kira-kira Cuma 15 menit berjalan kami sudah sampai di sendang drajat. Karena jarak kepuncak utama semakin dekat, kamipun semakin mempercepat langkah kami supaya cepat sampai ke puncak. Puncak Lawu terdapat 2 puncak utama yaitu Hargo Dumilah sebagai puncak tertinggi yaitu sekitar 3265 mdpl dan puncak Hargo Dalem sekitar 3192 mdpl. Tentunya kami langsung menuju puncak hargo dumilah, tanpa berpikir panjang kami langsung berjalan mendaki jalanan tanah. 


        Dengan tenaga sisa-sisa, kami memaksakan tubuh kami agar masih tetap berjalan karena kami percaya kami sudah semakind ekat dengan puncak utama yang ditandai dengan adanya tugu yang menjulang tinggi. Akhirnya kami sampai dipuncak sekitar jam 2 siang. Kamipun langsung mengucap rasa syukur terhadap sang maha Kuasa karena telah diberikan kesempatan bisa melakukan perjalanan yang bersejarah dalam kehidupan kami. Puncak Hargo dumilah orang menyebutnya sebagai puncak tertinggi dari gunung lawu yang ditandai dengan dibangunnya tugu setinggi 3 meter lebih yang menjadikan gunung ini sebagai pembatas 2 propinsi besar dipulau jawa. Meskipun saat itu cuaca diatas berkabut, tapi semua itu tak menghalangi kami untuk menikmati indahnya ciptaan sang pencipta. Pemandangan beberapa puncak lawu yang luas ditambah dengan pemandangan kawah kuning yang ditengah-tengahnya terdapat air yang kononnya disitulah terdapat pasar dieng. Di puncak kami bertemu dengan turis dari Prancis yang kebetulan mereka dalam rangka liburan ke Indonesia untuk mendaki gunung-gunung di Indonesia. Kamipun meyempatkan diri untuk berfoto bersama mereka sebagai kenang-kenangan dari gunung ini. 











     Setelah puas dengan berfoto-foto dan karena hari mulai sore, kami memutuskan mendirikan tenda dipuncak. Setelah tenda berdiri kamipun langsung memasak makanan untuk mengisi perut kami yang sudah keroncongan dari tadi. Tapi kami kelupaan mengambil air di sendang drajat karena saking semangatnya ingin sampai dipuncak. Akhirnya saya bersama sas turun mengambil air ke sendang drajat yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi kondisi saat itu berubah 180 derajat, waktu mengambil air disendang drajat hujan turun dengan derasnya. Sehingga kamipun terjebak di warung Mbok yem sambil menggigil kedinginan karena saya kebetulan tak memakai jaket. Setelah hujan agak reda atau gerimis sedikit, saya berpamitan ke Sas untuk duluan menuju tenda. Sesampai ditenda dengan nafas ngos-ngosan sehabis lari mendaki puncak gunung ini kembali. Langsung kupakai jaket karena hawa dingin dan sedikit basah akibat kehujanan diluar tadi. Karena diluar hujan, mau tidak mau akhirnya kami memasak didalam tenda. Kami memasak mie nasi seperti biasanya yang menajdi menu wajib bagi para pendaki seperti kami. Setelah semua makanan telah masak, Sas menyusul datang dan langsung masuk kedalam tenda dan ikut bergabung makan bersama kami. Hari semakin petang, 2 rombongan tadi yang dalam perjalanan kami salip ternyata baru sampai ke puncak. setelah perut kenyang dan mata sudah kantuk, kami merebahkan badan dan mencoba untuk tidur. Meskipun saya dan sas sudah memakai sleeping bag untuk menghangatkan tubuh kami saat tidur. Tetap saja saat itu kami tak bisa tidur, malahan kepala semakinpusing dan nafas semakin ngos-ngosan seperti habis lari. Saya yang sudah tak kuat dengan kondisi tersebut, memutuskan keluar untuk mencari udara yang lebih segar untuk dihirup. Meskipun kepala masih pusing dan menggigil kedinginan diluar, saya tetap mencoba agar tubuh ini tidak roboh dan tidak hilang kesadaran. Ini akibat kami memutuskan ngecamp dipuncak, padahal seharusnya kami tahu bahwa semakin tinggi suatu tempat semakin tipis kadar oksigen pada tempat tersebut. Akhirnya kami seperti orang sehabis lari marathon dengan tingkat oksigen yang tipis dalam paru-paru kami. saya memutuskan membuat minuman susu panas untuk mengusir kondisi ini dan berharap bisa tidur secepatnya. Mujarab, kami bertiga bisa memejamkan mata beberapa jam meskipun terkadang bangun beberapa kali karena kedinginan dan sesak nafas. Tidak terasa mentari sudah mau muncul dipagi itu, orang berbondong-bondong datang kepuncak hanya untuk melihat sunrise dipagi hari dari puncak lawu. Kamipun terbangun dan tak mau melewatkan kesempatan emas ini. Di samping tugu berjejer banyak orang yang sengaja berfoto bersama mengabadikan momen-momen berharga ini, kebanyakan mereka adalah rombongan pecinta alam dari sekolah mereka masing-masing. Akhirnya peristiwa yang dinanti-nanti sudah datang, matahari muncul dengan indahnya yang menyorotkan sinarnya ke segala penjuru negri ini dan memberikan pertanda bahwa aktivitas baru dimulai di pagi ini.







      Setelah menikmati indahnya sunrise, kami langsung kembali menuju tenda untuk memasak makanan kembali dan menunya hanya mie saja ditambah segelas susu hangat. Setelah sarapan, kami langsung membereskan perlengkapan kami. Sekitar pukul 06.30 kami berangkat turun kebawah tetapi kali ini lewat jalur yang berbeda yaitu lewat Cemoro Kandang. Setelah bertanya-tanya pada pendaki lain karena kami memang tak begitu paham dan jelas mengenai jalur cemoro kandang, akhirnya kami memutuskan langsung turun menuruni batuan cadas yang terkadang licin untuk dilewati. Ternyata jalur cemoro kandang memiliki perbedaan dengan jalur cemoro sewu, jalur ini ternyata lebih curam dan kondisi trek yang lebih tak tertata seperti jalur cemoro sewu. Kami berjalan mengitari dan menuruni bukit-bukit, dengan jalan yang lumayan landai dan enak buat turun karena kaki kita terus berpijak pada tanah dan berbeda kalau melewati  jalur cemoro sewu yang akan lebih memberikan rasa sakit kepada kaki kita karena lebih sering berpijak pada batu. 




       Sekitar sejam turun, akhirnya kami sampai di pos 4 Cokrosuryo, jarak yang sangat jauh dan kondisi trek yang lebih menantang inilah yang jarang disukai bagi para pendaki yang tidak begitu suka tantangan. Setelah itu kami melanjutkan perjanan lagi menuruni badan gunung dengan jalanan yang lebih menantang lagi. Selama sejam lagi fisik kami diuji dengan menuruni trek berkelok-kelok. Ditengah perjalanan kami melewati mata air dan berjalan beberapa meter kami sampailah kami pos 3 Penggek. 


       Perjalanan yang panjang harus kami tempuh agar kami bisa cepat sampai kebawah dan kami masaih menyisakan 2 pos lagi untuk dilewati. Dalam perjalanan dari pos 3 ke pos 2 inilah yang jaraknya sangat jauh, kami harus melewati hutan lebat dengan jalanan sempit menyusur punggungan bukit, meskipun datar tetapi kami harus ekstra hati-hati karena dibawah kami tehampar jurang pangarip-arip yang sangat dalam. Sekitar 1 jam perjalanan sudah kami lewati, dan fisik kami kembali drop dan kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Karena seolah tidak ada habisnya belokan turunan dari jalur ini yang menyebabkan perjalanan menjadi sangat lama dan jarak tempuh menajdi panjang. Sehingga banyak ditemukan jalur potong kompas di sepanjang trek ini. Setelah sekiranya cukup beristirahat, kami mealnjutkan perjalanan kemabali menuju pos 2, dengan jalanan yang kali ini banyak ditemukan pepohonan yang roboh dan semak belukar yang lebat yang terkadang menyulitkan perjalanan kami. total 2 jam kami harus melewati jalur dari pos 3 menuju pos 2, dan kahirnya kami sampai di pos 2 Taman Sari Atas. Setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 1 yang memakan waktu kira-kira setengah jam perjalanan. Dan sampailah kami di pos 1 Taman Sari Bawah dan kembali lagi kami harus istirahat. 






          Setelah fresh lagi, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk turun ke bawah yaitu ke pos pendakian cemoro kandang. Kira-kira sejam kami baru sampai ke bawah. Akhirnya kami sampai di Pos Pendakian Cemoro Kandang dan langsung merebahkan badan untuk beristirahat sejenak. Kemudian kami mandi untuk menghilangkan bau badan kami, sungguh dinginnya minta ampun hingga menusuk tulang saat itu sehingga tulang terasa ngilu. Setelah mandi, kami sholat dan bersiap-siap kembali ke Cemoro sewu untuk back to home again. Ternyata eh ternyata jarak antara Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu tidaklah terlalu jauh yaitu kira-kira 1 km dan saat itu kami berjalan Cuma butuh 10 menit, yang membedakan diantara kedua pos pendakian tersebut hanyalah nama propinsinya saja. Tapi saya akui ini adalah kisah perjalanan yang mengesankan bagi saya, selain memberikan cerita tersendiri disetiap tempatnya. Kami disuguhkan benar-benar pertualangan yang utuh, dari naik motor hingga magetan kemudian mendaki lewat Cemoro sewu, turun lewat Cemoro Kandang dan pulang lagi menuju Sidoarjo. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan tapi menyenangkan. Semangat berpetualang jangan pernah luntur kawan dalam diri kita, karena our life is adventure.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar