Rabu, 29 Februari 2012

PA, Patas Alam (Arjuno-Welirang)


G. Arjuno-Welirang
           Mengenai cerita pengalaman pendakian saya yang paling mengesankan dan paling gila, Jawabnya ya mendaki gunung ini karena butuh waktu cuma 2 hari untuk menaklukan 2 puncak gunung sekaligus. Malahan kurang dari 48 jam untuk melakukannya dan kata peribahasa sekali mengayuh perahu dua tiga pulau terlampaui sekaligus. Ya betul arti peribahasa tersebut menggambarkan keadaan perjalanan saya saat itu benar-benar tak terbayangkan untuk melakukannya. Seorang pendaki setidaknya selain bisa kuat berjalan menembus rintangan yang disajikan oleh alam, mereka juga bisa lebih kuat dalam mensajikan petualangannya dalam bentuk tulisan. Meskipun tidak semuanya bisa melakukannya, supaya para pembaca tidak penasaran, monggo disimak sedikit cerita pengalaman pendakian saya berikut ini. Makanya Saya beri judul PA yaitu kami bukan dalam artian sebagai "Pecinta Alam", tapi Patas Alam.

Gunung Arjuno memiliki ketinggian 3339 mdpl dan Gunung Welirang memiliki ketinggian 3182 mdpl. Secara geografis wilayah kedua gunung ini terletak dalam 3 kabupaten yaitu Pasuruan, Malang dan Mojokerto. Hutan di pegunungan ini bernama Hutan R.Soeryo adalah kawasan konservasi flora dan fauna yang berada dalam naungan Dinas Perhutani Jatim yang terbentang dari Pasuruan hingga Malang dan Mojokerto. Untuk jalur pendakian ke gunung Arjuno-Welirang dapat ditempuh melalui 4 Tempat, yaitu Tretes-Pasuruan, Purwosari-Pasuruan, Lawang-Malang dan Batu-Malang. Tapi dengan alasan transport yang mudah, trek yang jelas dan mudah dan melimpahnya air, saya memilih lewat jalur Tretes-Pasuruan. Karena saya adalah seorang backpacker yang terbilang serba irit, jadi saya tak terlalu memikirkan soal biaya dalam setiap ekspedisi. Yang terpenting adalah niat dan keinginan, jadi tatalah niat saudara kalau berkeinginan melakukan suatu petualangan maka akan selalu dimudahkan perjalanan anda oleh Yang Maha Pencipta.
Untuk rencana awal, saya sudah berunding dengan teman akrab saya yaitu Sas untuk melakukan pendakian ke Arjuno sehabis saya menyelesaikan Tugas Akhir saya, entah kapan pokoknya sehabis sidang besoknya langsung berangkat. Dengan dorongan keinginan yang kuat dan rasa penasaran yang tinggi setelah beberapa bulan sebelumnya gagal mencapai puncak Arjuno yang diakibatkan badai dipuncaknya dan iming-iming dari kawan kampus saya yang sudah sampai duluan ke puncak beberapa minggu yang lalu semakin membuat iri dalam hati saya untuk segera melakukan pendakian. Hari itupun datang yaitu tanggal 22 Juli 2011 setelah saya kira urusan dikampus agak beres cuma tinggal laporan doing, aku nekad meninggalkan urusanku demi refreshing sejenak setelah berbulan-bulan bersibuk-sibuk dalam urusan dunia kampus. Aku seperti biasanya berangkat dengan persiapan yang kurang, tapi untuk persiapan mental dan fisik sudah saya siapkan jauh beberapa minggu sebelumnya untuk dapat mencapai tujuan kami yaitu puncak. Dengan berbekal kompor pinjaman, tikar pinjaman dan beberapa snack dan minuman pukul 22.00 WIB aku berangkat dari Surabaya ke Sidoarjo menjemput temanku, saya sampai dirumahnya sekitar pukul 23.00 WIB dan langsung berangkat menuju Tretes-Pasuruan. Kami tiba di pos perijinan Tretes sekitar pukul 23.45 WIB, dan kami menitipkan kendaraan bermotor kami di rumah sebelah pos perijinan karena pos tersebut sudah tutup 2 jam yang lalu. Diluar perkiraan malam itu sangatlah ramai orang-orang yang ingin mendaki, ada yang berasal dari wilayah Jatim dan ada pula yang berasal dari luar Jatim. Sebelum mulai mendaki saya diajak berangkat bersama-sama ikut dalam rombongan pendaki yang berasal dari Salatiga, tetapi saya menolak karena kami ingin mengisi perut kami terlebih dahulu sebelum berangkat dan warung biru yang menyediakan nasi pecel lah yang menjadi pilihan untuk mengisi perut kami. Setelah puas makan sambil ngopi untuk menghilangkan rasa kantuk, kami mulai berangkat sekitar pukul 00.30 WIB dengan target sebelum subuh harus sampai di shelter pertama kokopan. Kami langsung tancap gas menyalip beberapa pendaki lain dalam perjalanan, walaupun kondisi trek yang menanjak terus menerus dan tak mengenal kata ampun untuk yang melewatinya. Kamipun beberapa kali istirahat didalam heningnya malam saat itu, di dalam terangnya cahaya bulan yang menandakan cerahnya cuaca di gunung ini semakin menambah semangat kami untuk cepat-cepat sampai di shelter 1 kokopan dan segera menggelar tikar untuk mengistirahatkan tubuh kami yang sudah dalam kondisi lelah sekali. Dengan dibarengi canda tawa atau sekedar pembicaraan yang tak penting ternyata ampuh melupakan sejenak beratnya pikulan beban yang kami bawa dan capeknya kaki ini, dan tak terasa kami menyalip beberapa rombongan pendaki lain yang sedikit-sedikit capek karena beratnya barang bawaan yang mereka bawa. Tidak terasa kami sudah berjalan selama 2,5 jam dan pukul 03.00 WIB kami telah sampai di shelter pertama. Ternyata disinipun ramai dengan banyaknya tenda yang didirikan oleh pendaki lain, kamipun menuju sebuah gubuk yang tak asing lagi bagi para pendaki yang menandakan disitulah letak shelter kokopan. Kokopan merupakan sebuah pos pengistirahatan pertama buat para pendaki, disitu terdapat mata air yang biasanya airnya digunakan untuk minum, mandi dan kebutuhan para pendaki yang lain. Kami langsung tidur didalam gubuk tersebut beralaskan tikar yang saya bawa. Karena kami tak membawa perlengkapan tidur yang layak seperti sleeping bag dan matras, akhirnya lama-kelamaan kami kedinginan. Badan kami terkadang menggigil menahan dinginnya hawa ditempat itu dan kaki terkadang ikut kram semakin menambah penderitaanku saat itu. Akhirnya saya memutuskan tidak tidur tapi ngobrol dengan pendaki lain yang kebetulan nasibnya sama seperti kami, menjelang matahari terbit saya pun sudah menguap berkali-kali yang menandakan tubuh saya ini ingin istirahat, sedangkan Sas sudah lelap tidur dari tadi. Menjelang pagi saya mencoba memejamkan mata dengan berselimutkan sarung tetapi tetap saja tak bisa tidur. Matahari pun terlihat terbit dengan indahnya dari kokopan yang menandakan perjalanan kami harus diteruskan. 
Shelter 1 Kokopan
         Sebelumnya melanjutkan perjalanan kami harus mengisi perut terlebih dahulu yaitu dengan memasak mie instan  dan air untuk membuat kopi. Setelah perut terisi dan energy telah pulih kembali, saatnya kami melanjutkan perjalanan kami dengan langsung melewati jalan yang menanjak dan berkelok-kelok. Entah sudah berapa belokan yang sudah kami lewati, tak terasa didepan kami terhampar jalan yang lurus dan menanjak sekali tanpa ampun. Inilah yang disebut para pendaki sebagai tanjakan setan, setelah itu masih melewati salah satu bagian dari Alas Lali Jiwo. Dalam perjalanan kami berpapasan dengan salah satu penambang belerang yang baru berangkat, kamipun terlibat beberapa pembicaraan dan beliaupun banyak memberi saran kepada kami agar hati-hati terhadap barang bawaan kami. Kalau ingin mendaki ke Arjuno sebaiknya janganlah membawa beban terlalu berat karena medan kepuncak sangatlah berat, beliau menyarankan untuk menitipkan tas kami ke para penambang dengan memberi upah tertentu. Jangan sesekali meninggalkan ransel kalian di tenda atau sengaja menyembunyikan ke semak-semak, karena sudah banyak kejadian barang mereka hilang atau lenyap diambil para pencuri. Para pencuri tersebut bisa para penambang, para pendaki ataupun para pemburu.
Trek dari Shelter 1-kokopan menuju
Shelter 2-Pondokan
              Setelah berjalan kurang lebih 3 jam, sekitar jam 10.00 WIB kami sampai di Shelter 2 Pondokan. Ini adalah pos terakhir sebelum menuju ke puncak Arjuno atau kepuncak Welirang. Kami Istirahat sejenak di musholla para penambang dan mengisi perbekalan air kami di salah satu mata air yang terdapat di Shelter ini. Setelah sejam lebih istirahat, pukul 11.30 WIB kami berangkat memulai pendakian dari Shelter Pondokan menuju Puncak Arjuno. Dibutuhkan waktu kira-kira 5-6 jam untuk bisa sampai ke puncak Arjuno, sungguh perjalanan yang luar biasa lamanya. Dalam perjalanan yang melewati lebatnya hutan R.Soeryo, kami sesekali menengok papan penunjuk jalan karena inilah satu-satunya petunjuk untuk dapat sampai ke puncak agar tidak kesasar. Setelah berjalan kurang lebih 1,5 jam dengan trek yang landai sampailah kami di Lembah Kidang. Lembah kidang adalah padang savana yang terletak di tengah-tengah pegunungan ini yang dulunya merupakan habitat dari hewan Kijang atau rusa, Tapi sekarang sulit sekali menjumpai hewan ini entah sudah habis diburu oleh para penduduk disekitar lereng gunung ini. Di gunung ini masih banyak dijumpai para pemburu hewan dan tumbuhan langka, meskipun hutan ini termasuk dalam kategori hutan lindung. Ya itulah namanya manusia yang bisanya hanya mementingkan ego-nya semata tanpa memperhatikan keseimbangan alam disekitarnya. Di Lembah Kidang, terlihat beberapa puncak gunung berjejer dengan kokohnya dan menjulang tinggi seolah menantang kami untuk segera menaklukan salahsatu puncaknya yaitu Arjuno.
Lembah Kidang
         Kamipun langsung melanjutkan perjalanan dengan melewati medan berbatu yang mungkin merupakan sisa letusan atau longsoran dulu dari gunung ini, setelah itu trek pendakian akan menanjak terus melewati bibir jurang. Diperlukan konsentrasi yang tinggi untuk melewati trek kali ini yang berupa jalan sempit sisi tebing dan merupakan jalan air. Setelah berjalan beberapa jam kami sampai dipersimpangan jalur ke Puncak Arjuno yaitu sebelah kiri dan Jalur ke G.Kembar/G.Welirang yaitu sebelah kanan. Kamipun bergegas untuk cepat sampai ke puncak karena waktu sudah hampir sore, kami melewati jalan yang tak henti-hentinya menanjak. Setelah kurang lebih berjalan selama 3,5 jam dari lembah kidang. Akhirnya kami sampailah dipuncak Gunung kembar 1, ini baru awal langkah pertama sebelum sampai dipuncak sesungguhnya. Gunung Arjuno memiliki banyak puncak yaitu sekitar 4 puncak dan puncak tertingginya adalah puncak Arjuno yang terletak paling timur sendiri. Jadi kami harus melewati 3 puncak lagi untuk sampai ke puncak Arjuno sesungguhnya. Setelah berjalan naik-turun puncak, dari puncak satu kepuncak yang lain dengan trek berbatu-batu. Akhirnya kami sampai di Puncak Arjuno sekitar pukul 17.15 Sore setelah berjalan total kurang lebih 6 jam lamanya. Puncak Arjuno terdiri dari beberapa tumpukan batu besar yang biasanya disebut puncak ogal-agil. Karena banyak batu besar yang bertumpuk-tumpuk seakan ada lemnya dan tak pernah jatuh dari puncaknya. Dari puncak Arjuno kami dapat melihat semua puncak gunung di Jawa Timur, Dari sisi agak timur terlihat Bromo beserta Semeru dengan kepulan asapnya, dari sisi selatan terlihat gunung Kelud, Kawi, Putri tidur. Dari sisi Barat terlihat Welirang tegak berdiri beserta kepulan asap belerangnya. Rasa bahagia dan puas adalah kata yang keluar dari mulut kami saat itu, tapi kami sadar hanya sebagai makhluk kecil yang tak punya daya apa-apa di hadapan Sang Pencipta Alam ini.
Puncak G. Arjuno (3339 mdpl)
             Setelah puas menikmati pemandangan dipuncak dan langit mulai memerah yang menandakan hari sudah petang, kamipun terpaksa harus turun. Inilah yang namanya backpacker nekad, dalam perjalanan turun kamipun lupa membawa senter. Alhasil kami hanya berbekal tekad dan insting kami untuk menuruni trek yang sangat curam ini. Di tengah perjalanan turun dari Gunung kembar 1 menuju Lembah Kidang kami bertemu 2 orang pendaki yang ternyata teman satu kampus dengan saya. Mereka bertanya kepada kami apakah perjalanan kepuncak masih jauh?? saya hanya bisa menjawab perjalanan ke puncak masih membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam lagi. Mereka bernama Azhar dan Arda, akhirnya mereka pikir-pikir terlebih dahulu. Si Azhar nekad mau naik, sedangkan si Arda yang kebetulan hari itu sedang sakit pengennya turun atau ngecamp dulu aja dan perjalanan dilanjutkan besok. Saya pun memberi solusi agar jangan memaksakan melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam dan kondisi trek yang sangat tak memungkinkan untuk didaki malam hari. Akhirnya mereka memutuskan turun ikut bersama kami, karena malam semakin larut dan fisik sudah payah. Kamipun memutuskan ngecamp saja di tengah-tengah jalan, dan si Azhar mengeluarkan tenda dari ranselnya. Kamipun segera mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam beserta mencari kayu untuk dibakar sekedar menghangatkan diri kami yang mulai kedinginan. Menu makan malam saat itu mie nasi yang kurang matang ditambah energen hangat. Malam semakin larut maka hawanya pun bertambah dingin, entah berapa derajat malam itu. Kamipun segera masuk tenda untuk istirahat dan menyiapkan fisik untuk keesokan harinya.

Camp di Trek puncak Arjuno

            Setelah pagi menjelang kami bangun dan memasak air untuk membuat minuman hangat sambil menikmati indahnya pagi dengan kabut yang masih menyelimuti lembah-lembah dibawah kami, ini sungguh pemandangan luar biasa indahnya. Kami memutuskan turun pagi itu menuju Shelter Kokopan dan melanjutkan misi kedua yaitu menuju Puncak Welirang. Kami mengajak Si Azhar dan Arda agar ikut bersama dan tidak turun terlebih dahulu, mereka sebenarnya ingin turun hari itu juga karena besoknya mereka masih bekerja praktek. Kami meyakinkan mereka untuk ikut bersama kami menaklukan puncak welirang dengan jaminan hari itu juga setelah dari welirang harus sesegera mungkin turun ke bawah. Setelah kurang lebih 1,5 jam turun, akhirnya kami sampai di Shelter Pondokan. Kami beristirahat sebentar dan segera memasak untuk mengisi tenaga terlebih dahulu. Menu sarapan pagi itu tetap mie nasi ditambah abon sapi pemberian dari Arda plus kacang atom dan segelas kopi panas. 
Shelter 2 - Pondokan
              Pukul 09.30 WIB kami berangkat menuju puncak welirang dengan mengambil arah lurus dari Shelter pondokan. Untuk jalur pendakian ke gunung ini tidaklah sulit seperti Arjuno, karena jalurnya tiap hari dilewati para penambang belerang untuk mengangkut belerang dari puncak. Para penambang belerang di Welirang berbeda dengan penambang belerang di Kawah ijen, disini mereka menggunakan gerobak untuk mengangkut hasil belerangnya dan hasilnya pun bisa lebih banyak. Sepanjang perjalanan kami melewati jalan berdebu yang membuat kami seseringkali menutup hidung dan mulut kami agar tak menghirupnya. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, sampailah kami di persimpangan jalur yaitu jalur penambang menuju pertambangan belerang dan jalur pendakian menuju puncak welirang. Kami mengambil jalur kanan dan perjalanan ke puncak pun dimulai, perjalanan ke puncak welirang membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan lagi saat itu dengan kondisi trek yang menanjak sekali. Akhirnya setelah berjam-jam berjalan kami berempat sampai dipuncak Welirang, walaupun belum ke puncak tertingginya karena puncak gunung welirang ini sangatlah luas dengan 3 kawah utamanya. Kami langsung menuju ke puncak tertingginya dengan sesekali melihat curamnya kawah di bawah kami. Bau belerang yang sangat menyengat sangat mengganggu perjalanan kami, sehingga kami tak bisa sampai ke puncak tertingginya.  

Puncak G. Welirang (3182 mdpl)
Karena sudah tak kuat lagi menahan baunya belerang ditambah panasnya sengatan matahari saat itu, akhirnya kami memutuskan turun menuju shelter kokopan lagi. Sesampainya di shelter kokopan, saya yang sudah tak kuat lagi menahan rasa kantuk langsung merebahkan badan di batu besar dan langsung tertidur beberapa menit, sedangkan yang lainnya memasak makanan untuk mengisi tenaga kembali buat perjalanan turun yang masih jauh. Setelah menyantap menu makanan yang sama seperti sebelumnya, sekitar pukul 17.00 WIB kami turun dari shelter pondokan, setelah sejam turun akhirnya kami sampai di Shelter Kokopan. Petang pun berganti malam yang saat itu kami sedang dalam perjalanan turun menuju basecamp, jalan yang kami lewati semakin terjal karena kami kekurangan senter malam itu. Setelah 2,5 jam berjalan, pukul 20.30 WIB akhirnya sampailah kami di base camp yang menandakan akhir dari cerita ini. Terima kasih buat teman-teman yang bersedia membaca tulisan cerita ini, semoga cerita ini bisa menjadi referensi dan spirit buat kalian kalau berniat melakukan pendakian ke Arjuno-Welirang. Selamat Mendaki!!!! (22-24 Juli 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar