G. Arjuno-Welirang |
Mengenai cerita
pengalaman pendakian saya yang paling mengesankan dan paling gila, Jawabnya ya mendaki gunung ini karena butuh waktu cuma 2 hari untuk
menaklukan 2 puncak gunung sekaligus. Malahan kurang dari 48 jam untuk melakukannya dan kata peribahasa sekali mengayuh perahu dua tiga pulau terlampaui sekaligus. Ya betul arti peribahasa tersebut menggambarkan keadaan perjalanan saya saat itu benar-benar tak terbayangkan untuk melakukannya. Seorang pendaki setidaknya selain bisa kuat berjalan menembus rintangan yang disajikan oleh alam, mereka juga bisa lebih kuat dalam mensajikan petualangannya dalam bentuk tulisan. Meskipun tidak semuanya bisa melakukannya, supaya para pembaca
tidak penasaran, monggo disimak sedikit cerita pengalaman pendakian saya
berikut ini. Makanya Saya beri judul PA yaitu kami bukan dalam artian sebagai "Pecinta Alam", tapi Patas Alam.
Gunung Arjuno memiliki ketinggian 3339 mdpl
dan Gunung Welirang memiliki
ketinggian 3182 mdpl. Secara geografis wilayah kedua gunung ini terletak dalam 3
kabupaten yaitu Pasuruan, Malang dan Mojokerto. Hutan di pegunungan ini bernama
Hutan R.Soeryo adalah kawasan konservasi flora dan fauna yang berada dalam
naungan Dinas Perhutani Jatim yang terbentang dari Pasuruan hingga Malang dan
Mojokerto. Untuk jalur pendakian ke gunung Arjuno-Welirang dapat ditempuh
melalui 4 Tempat, yaitu Tretes-Pasuruan, Purwosari-Pasuruan, Lawang-Malang dan
Batu-Malang. Tapi dengan alasan transport yang mudah, trek yang jelas dan mudah
dan melimpahnya air, saya memilih lewat jalur Tretes-Pasuruan. Karena saya
adalah seorang backpacker yang terbilang serba irit, jadi saya tak terlalu
memikirkan soal biaya dalam setiap ekspedisi. Yang terpenting adalah niat dan
keinginan, jadi tatalah niat saudara kalau berkeinginan melakukan suatu
petualangan maka akan selalu dimudahkan perjalanan anda oleh Yang Maha
Pencipta.
Untuk rencana
awal, saya sudah berunding dengan teman akrab saya yaitu Sas untuk melakukan
pendakian ke Arjuno sehabis saya menyelesaikan Tugas Akhir saya, entah kapan
pokoknya sehabis sidang besoknya langsung berangkat. Dengan dorongan keinginan
yang kuat dan rasa penasaran yang tinggi setelah beberapa bulan sebelumnya
gagal mencapai puncak Arjuno yang diakibatkan badai dipuncaknya dan iming-iming
dari kawan kampus saya yang sudah sampai duluan ke puncak beberapa minggu yang
lalu semakin membuat iri dalam hati saya untuk segera melakukan pendakian. Hari
itupun datang yaitu tanggal 22 Juli 2011 setelah saya kira urusan dikampus agak
beres cuma tinggal laporan doing, aku nekad meninggalkan urusanku demi
refreshing sejenak setelah berbulan-bulan bersibuk-sibuk dalam urusan dunia
kampus. Aku seperti biasanya berangkat dengan persiapan yang kurang, tapi untuk
persiapan mental dan fisik sudah saya siapkan jauh beberapa minggu sebelumnya
untuk dapat mencapai tujuan kami yaitu puncak. Dengan berbekal kompor pinjaman,
tikar pinjaman dan beberapa snack dan minuman pukul 22.00 WIB aku berangkat
dari Surabaya ke Sidoarjo menjemput temanku, saya sampai dirumahnya sekitar
pukul 23.00 WIB dan langsung berangkat menuju Tretes-Pasuruan. Kami tiba di pos
perijinan Tretes sekitar pukul 23.45 WIB, dan kami menitipkan kendaraan
bermotor kami di rumah sebelah pos perijinan karena pos tersebut sudah tutup 2
jam yang lalu. Diluar perkiraan malam itu sangatlah ramai orang-orang yang
ingin mendaki, ada yang berasal dari wilayah Jatim dan ada pula yang berasal
dari luar Jatim. Sebelum mulai mendaki saya diajak berangkat bersama-sama ikut
dalam rombongan pendaki yang berasal dari Salatiga, tetapi saya menolak karena
kami ingin mengisi perut kami terlebih dahulu sebelum berangkat dan warung biru
yang menyediakan nasi pecel lah yang menjadi pilihan untuk mengisi perut kami.
Setelah puas makan sambil ngopi untuk menghilangkan rasa kantuk, kami mulai
berangkat sekitar pukul 00.30 WIB dengan target sebelum subuh harus sampai di
shelter pertama kokopan. Kami langsung tancap gas menyalip beberapa pendaki
lain dalam perjalanan, walaupun kondisi trek yang menanjak terus menerus dan tak
mengenal kata ampun untuk yang melewatinya. Kamipun beberapa kali istirahat
didalam heningnya malam saat itu, di dalam terangnya cahaya bulan yang
menandakan cerahnya cuaca di gunung ini semakin menambah semangat kami untuk
cepat-cepat sampai di shelter 1 kokopan dan segera menggelar tikar untuk
mengistirahatkan tubuh kami yang sudah dalam kondisi lelah sekali. Dengan
dibarengi canda tawa atau sekedar pembicaraan yang tak penting ternyata ampuh
melupakan sejenak beratnya pikulan beban yang kami bawa dan capeknya kaki ini,
dan tak terasa kami menyalip beberapa rombongan pendaki lain yang
sedikit-sedikit capek karena beratnya barang bawaan yang mereka bawa. Tidak
terasa kami sudah berjalan selama 2,5 jam dan pukul 03.00 WIB kami telah sampai
di shelter pertama. Ternyata disinipun ramai dengan banyaknya tenda yang
didirikan oleh pendaki lain, kamipun menuju sebuah gubuk yang tak asing lagi
bagi para pendaki yang menandakan disitulah letak shelter kokopan. Kokopan
merupakan sebuah pos pengistirahatan pertama buat para pendaki, disitu terdapat
mata air yang biasanya airnya digunakan untuk minum, mandi dan kebutuhan para
pendaki yang lain. Kami langsung tidur didalam gubuk tersebut beralaskan tikar
yang saya bawa. Karena kami tak membawa perlengkapan tidur yang layak seperti
sleeping bag dan matras, akhirnya lama-kelamaan kami kedinginan. Badan kami
terkadang menggigil menahan dinginnya hawa ditempat itu dan kaki terkadang ikut
kram semakin menambah penderitaanku saat itu. Akhirnya saya memutuskan tidak
tidur tapi ngobrol dengan pendaki lain yang kebetulan nasibnya sama seperti
kami, menjelang matahari terbit saya pun sudah menguap berkali-kali yang
menandakan tubuh saya ini ingin istirahat, sedangkan Sas sudah lelap tidur dari
tadi. Menjelang pagi saya mencoba memejamkan mata dengan berselimutkan sarung
tetapi tetap saja tak bisa tidur. Matahari pun terlihat terbit dengan indahnya
dari kokopan yang menandakan perjalanan kami harus diteruskan.
Sebelumnya
melanjutkan perjalanan kami harus mengisi perut terlebih dahulu yaitu dengan
memasak mie instan dan air untuk membuat
kopi. Setelah perut terisi dan energy telah pulih kembali, saatnya kami
melanjutkan perjalanan kami dengan langsung melewati jalan yang menanjak dan
berkelok-kelok. Entah sudah berapa belokan yang sudah kami lewati, tak terasa
didepan kami terhampar jalan yang lurus dan menanjak sekali tanpa ampun. Inilah
yang disebut para pendaki sebagai tanjakan setan, setelah itu masih melewati
salah satu bagian dari Alas Lali Jiwo. Dalam perjalanan kami berpapasan dengan
salah satu penambang belerang yang baru berangkat, kamipun terlibat beberapa
pembicaraan dan beliaupun banyak memberi saran kepada kami agar hati-hati
terhadap barang bawaan kami. Kalau ingin mendaki ke Arjuno sebaiknya janganlah
membawa beban terlalu berat karena medan kepuncak sangatlah berat, beliau
menyarankan untuk menitipkan tas kami ke para penambang dengan memberi upah
tertentu. Jangan sesekali meninggalkan ransel kalian di tenda atau sengaja
menyembunyikan ke semak-semak, karena sudah banyak kejadian barang mereka
hilang atau lenyap diambil para pencuri. Para pencuri tersebut bisa para
penambang, para pendaki ataupun para pemburu.
Trek dari Shelter 1-kokopan menuju Shelter 2-Pondokan |
Setelah
berjalan kurang lebih 3 jam, sekitar jam 10.00 WIB kami sampai di Shelter 2
Pondokan. Ini adalah pos terakhir sebelum menuju ke puncak Arjuno atau kepuncak
Welirang. Kami Istirahat sejenak di musholla para penambang dan mengisi
perbekalan air kami di salah satu mata air yang terdapat di Shelter ini.
Setelah sejam lebih istirahat, pukul 11.30 WIB kami berangkat memulai pendakian
dari Shelter Pondokan menuju Puncak Arjuno. Dibutuhkan waktu kira-kira 5-6 jam
untuk bisa sampai ke puncak Arjuno, sungguh perjalanan yang luar biasa lamanya.
Dalam perjalanan yang melewati lebatnya hutan R.Soeryo, kami sesekali menengok
papan penunjuk jalan karena inilah satu-satunya petunjuk untuk dapat sampai ke
puncak agar tidak kesasar. Setelah berjalan kurang lebih 1,5 jam dengan trek
yang landai sampailah kami di Lembah Kidang. Lembah kidang adalah padang savana
yang terletak di tengah-tengah pegunungan ini yang dulunya merupakan habitat
dari hewan Kijang atau rusa, Tapi sekarang sulit sekali menjumpai hewan ini
entah sudah habis diburu oleh para penduduk disekitar lereng gunung ini. Di
gunung ini masih banyak dijumpai para pemburu hewan dan tumbuhan langka,
meskipun hutan ini termasuk dalam kategori hutan lindung. Ya itulah namanya
manusia yang bisanya hanya mementingkan ego-nya semata tanpa memperhatikan
keseimbangan alam disekitarnya. Di Lembah Kidang, terlihat beberapa puncak
gunung berjejer dengan kokohnya dan menjulang tinggi seolah menantang kami
untuk segera menaklukan salahsatu puncaknya yaitu Arjuno.
Lembah Kidang |
Setelah
puas menikmati pemandangan dipuncak dan langit mulai memerah yang menandakan hari sudah petang, kamipun terpaksa
harus turun. Inilah yang namanya backpacker nekad, dalam
perjalanan turun kamipun lupa membawa senter. Alhasil kami hanya berbekal tekad
dan insting kami untuk menuruni trek yang sangat curam ini. Di tengah
perjalanan turun dari Gunung kembar 1 menuju Lembah Kidang kami bertemu 2 orang
pendaki yang ternyata teman satu kampus dengan saya. Mereka bertanya kepada
kami apakah perjalanan kepuncak masih jauh?? saya hanya bisa menjawab
perjalanan ke puncak masih membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam lagi. Mereka
bernama Azhar dan Arda, akhirnya mereka pikir-pikir terlebih dahulu. Si Azhar
nekad mau naik, sedangkan si Arda yang kebetulan hari itu sedang sakit
pengennya turun atau ngecamp dulu aja dan perjalanan dilanjutkan besok. Saya
pun memberi solusi agar jangan memaksakan melanjutkan perjalanan karena hari
sudah malam dan kondisi trek yang sangat tak memungkinkan untuk didaki malam
hari. Akhirnya mereka memutuskan turun ikut bersama kami, karena malam semakin
larut dan fisik sudah payah. Kamipun memutuskan ngecamp saja di tengah-tengah
jalan, dan si Azhar mengeluarkan tenda dari ranselnya. Kamipun segera
mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam beserta mencari kayu untuk
dibakar sekedar menghangatkan diri kami yang mulai kedinginan. Menu makan malam
saat itu mie nasi yang kurang matang ditambah energen hangat. Malam semakin
larut maka hawanya pun bertambah dingin, entah berapa derajat malam itu.
Kamipun segera masuk tenda untuk istirahat dan menyiapkan fisik untuk keesokan
harinya.
Camp di Trek puncak Arjuno |
Setelah pagi menjelang kami bangun dan memasak air untuk membuat minuman hangat sambil menikmati indahnya pagi dengan kabut yang masih menyelimuti lembah-lembah dibawah kami, ini sungguh pemandangan luar biasa indahnya. Kami memutuskan turun pagi itu menuju Shelter Kokopan dan melanjutkan misi kedua yaitu menuju Puncak Welirang. Kami mengajak Si Azhar dan Arda agar ikut bersama dan tidak turun terlebih dahulu, mereka sebenarnya ingin turun hari itu juga karena besoknya mereka masih bekerja praktek. Kami meyakinkan mereka untuk ikut bersama kami menaklukan puncak welirang dengan jaminan hari itu juga setelah dari welirang harus sesegera mungkin turun ke bawah. Setelah kurang lebih 1,5 jam turun, akhirnya kami sampai di Shelter Pondokan. Kami beristirahat sebentar dan segera memasak untuk mengisi tenaga terlebih dahulu. Menu sarapan pagi itu tetap mie nasi ditambah abon sapi pemberian dari Arda plus kacang atom dan segelas kopi panas.
Shelter 2 - Pondokan |
Puncak G. Welirang (3182 mdpl)
|
Karena sudah tak
kuat lagi menahan baunya belerang ditambah panasnya sengatan matahari saat itu,
akhirnya kami memutuskan turun menuju shelter kokopan lagi. Sesampainya di
shelter kokopan, saya yang sudah tak kuat lagi menahan rasa kantuk langsung
merebahkan badan di batu besar dan langsung tertidur beberapa menit, sedangkan
yang lainnya memasak makanan untuk mengisi tenaga kembali buat perjalanan turun
yang masih jauh. Setelah menyantap menu makanan yang sama seperti sebelumnya,
sekitar pukul 17.00 WIB kami turun dari shelter pondokan, setelah sejam turun
akhirnya kami sampai di Shelter Kokopan. Petang pun berganti malam yang saat
itu kami sedang dalam perjalanan turun menuju basecamp, jalan yang kami lewati
semakin terjal karena kami kekurangan senter malam itu. Setelah 2,5 jam
berjalan, pukul 20.30 WIB akhirnya sampailah kami di base camp yang menandakan
akhir dari cerita ini. Terima kasih buat teman-teman yang bersedia membaca
tulisan cerita ini, semoga cerita ini bisa menjadi referensi dan spirit buat
kalian kalau berniat melakukan pendakian ke Arjuno-Welirang. Selamat Mendaki!!!!
(22-24 Juli 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar