Action @warung pak sembodo |
Seolah tidak
bosan-bosannya saya naik gunung ini, hampir dalam kurun satu tahun udah 3 kali
naik gunung ini. Kali ini saya menceritakan pengalaman lanjutan saya yang
beberapa minggu sebelumnya gagal menaklukan puncak arjuno dan untuk mengobati
kekecewaan teman-teman saya, mereka saya ajak naik gunung penanggungan saja.
Kali ini saya bertindak sebagai guide lah, karena dalam ekspedisi kali ini
hanya saya yang udah beberapa kali naik gunung ini sedangkan yang lain belum
sama sekali bahkan tak pernah mendengar nama gunung penanggungan. Sebelumnya
kami merencanakan jadwal keberangkatan sekitar seminggu setelah turun dari
Gunung Arjuno, berhubung masih banyak yang berhalangan, takut cuacanya buruk
lagi dan tak punya uang lagi. Akhirnya kami hanya terdiri dari 4 orang saja,
yaitu Aku, Bang Taufik, Nandi dan Salis.
Sebelumnya mereka selalu mendesak saya
agar mempercepat jadwal keberangkatan karena mereka tak sabar ingin naik atau
bahkan mereka sudah kangen ambu lemahe gunung katanya atau dalam bahasa
Indonesia sudah rindu dengan bau tanahnya gunung. Setelah menunda-nunda
beberapa hari karena memang cuaca disurabaya dan sekitarnya kurang bersahabat
yaitu setiap sore sampai malam hujan terus. Akhirnya saya memberanikan diri
pada hari rabu saat itu juga ayo kita berangkat, kami berangkat dari Surabaya
sekitar sore hari dan dalam perjalanan menuju kesana kami kehujanan terus
hingga petang menjelang. Setibanya di Tulangan, kami mampir dulu di rumah bang
eko untuk membujuk dia agar mau ikut ekspedisi kami. Tetapi dia masih trauma
dengan kejadian di Arjuno kemarin, alhasil kita hanya bertamu saja dirumahnya
sekaligus nebeng makan-makan apalagi orangtuanya sangat baik hati memberikan
bekal kepada kami sebungkus nasi dengan lauk belut goring untuk dimakan nanti
sesampainya di pos perijinan. Inilah rezeki yang tak diduga-duga datangnya,
kami menyukurinya saja. Kamipun berangkat setelah adzan isyak berkumandang
menuku pos Jolotundo. Sesampainya disana ternyata hujan turun tiba-tiba dengan
derasnya, alhasil kami yang berencana berangkat malam hari harus menginap di
musholla dekat warung pak sembodo. Alhamdulillah saya sudah mengenal baik
beliau, sehingga beliau tetap ramah terhadap kami apalagi memperbolehkan kami
menginap di musholla milik beliau dan kami disuruh berangkat besok pagi saja.
Keesokan paginya
kami berangkat sekitar pukul 06.30 pagi setelah sarapan dari perbekalan kami
masing-masing, kami berangkat melewati jalan yang setapak yang kurang jelas
karena kebanyakan sudah tertutupi rumput dan semak-semak atau sudah jarang
dilewati orang. Tapi saya hanya mengandalkan feeling dan ingatan saya untuk
menemukan jalan mana yang benar-benar jalan pendakian. Sesampainya di Watu
talang alias pos pertama, kami istirahat sejenak. Dan melanjutkan perjalanan
lagi menuju candi putri dengan cuaca yang terik dan sesampainya disana kami istirahat
sebentar.
Watu talang & Candi Putri |
Barulah
setelah kami bangun ingin melanjutkan perjalanan, saya dibingungkan dengan
banyaknya jalan yang ada. Yaitu sebanyak 4 persimpangan jalan, wah ini pertanda
buruk karena dulunya saya tak pernah menjumpai bahkan melewati jalan lain dari
pos ini. Saya agak lupa lewat jalan mana, soalnya dulu kami mendaki selalu
malam hari dan saya tak pernah menjadi leader dalam pendakian-pendakian sebelumnya.
Dan sekarang saya ditunjuk menjadi leader dan saya harus mampu membimbing
teman-teman saya untuk cepat sampai kepuncak. Akhirnya saya meminta saran
kepada pak sembodo dengan mengirim pesan dan beliau mengatakan untuk berjalan
mengikuti punggung gunung yaitu lewat sebelah kiri. Dengan feeling yang tak
enak saya menuruti perintah beliau, alhasil jalan yang saya lalui kok beda
sekali dengan jalan yang pernah saya lewati dulu. Kami harus menerobos
semak-semak bahkan mengikuti jalan yang tak jelas dan terkadang membuka jalan
baru. Saya pun berpikiran apakah kami kesasar atau jalan yang lama udah hilang
akibat terkena longsor. Sayapun bingung saat itu, dan mencoba menghubungi pak
sembodo lagi apakah jalan yang kami ambil itu benar. Ternyata telepon kami terputus
di tengah perjalanan, akhirnya saya mencoba berpikir jernih dengan
mengistirahatkan badan dulu dan mencoba tidak panic terlebih dahulu. Saat
itulah kesabaran kami sedang diuji, akhirnya dalam keterbingungan saya
memutuskanterus saja dan mengambil jaln menyamping kekanan untuk mencari jalan
lain ke candi pure atau candi gentong dan berusaha tidak berjalan kekiri lagi
untuk mendekati Gunung gajah mungkur. Dengan kondisi yang sudah payah dan
banyak luka pada kulit kami akibat goresan ranting-ranting tajam, saya mencoba
meyakinkan teman-teman saya agar jangan berputus asa dan yakin kita akan keluar
dari hutan semak belukar yang menyesatkan ini. Akhirnya kesabaran kami
membuahkan hasil, kami menemukan jalan setapak yang ada tandanya bahwa ini
adalah jalur yang benar. Kami mengucapkan beribu-ribu syukur terhadap sang
kuasa yang telah memberikan pertolongan ke kami,tak berselang lama kami sampai
ke candi gentong. Berarti saat tersesat tadi selama 2 jam tadi, kami sudah
melewati candi pure. Kamipun tak memikirkannya lagi dan beristirahat sejenak,
kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi menuju candi sinta.
Dan akhirnya
inilah yang ditunggu-tunggu yaitu naik menuju puncak, kami pun sangat
bersemangat apalagi cuaca saat itu lagi mendung sehingga melindungi kami dari
cuaca panas. Meskipun jalan kami lalui terjal karena merupakan jalur lintasan
air mengalir dari atas puncak, kami tak menyerah. Seperti pendakian sebelumnya
kami tak pernah membawa kompor untuk memasak, jadi kami harus mencari kayu
bakar. Uniknya kayu bakar di gunung ini tak pernah basah walaupun terkena hujan
tiap hari, kamipun mencari kayu bakar secukupnya. Tinggal beberapa meter lagi
kepuncak, hujan turun dengan lebatnya. Alhasil kami harus berhenti sejenak dan
mengeluarkan jas hujan kami untuk berteduh. Kamipun ingat bahwa persediaan air
kami tinggal sedikit akibat habis buat minum selama kesasar dibawah tadi, kami
menampung air hujan ke dalam beberapa botol untuk persediaan minum diatas dan
nanti saat turun. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalann kami dan kayu
bakar yang kami cari tadi alhasil dalam kondisi basah semua. Kamipun tetap
membwanya barangkali nanti diatas cuacanya panas dan kayu bakar dapat kering
dengan sendirinya.
Setelah sampai dipuncak, teman-teman gembira
sekali karena ini adalah puncak pertama mereka. Kamipun bergegas turun ke
kekawah untuk menuju gua. Sesampainya di gua, kami langsung beres-beres untuk
menyiapkan tempat tidur dan menyiapkan makanan. Karena kayu bakar yang kami
bawa dalam kondisi basah dang angin dipuncak berhembus kencang. Kami pun tak
bisa memasak apapun di sore itu, karena untuk menyalakan api saja sangatlah
sulit. Alhasil kami hanya makan makanan ringan dan roti sebagai pengganti
makanan pokok hingga petang menjelang. Dan sebelum petang menjelang kami menyempatkan
diri naik kepuncak gunung ini yang paling tinggi dan menikmati indahnya
pemandangan kota trawas dan tretes dari puncak beserta pemandangan Pegunungan
Arjuno-Welirang yang puncaknya sudah diselimuti kabut tebal. Hal itu
mengingatkan kami beberapa minggu sebelumnya yang sempat tertahan oleh badai di
tengah gunung.
Action @puncak, background kabut yg bergerak dari puncak G.Arjuno-Welirang |
Setelah puas
menikmati pemandangan, kamipun turun dan bersiap-siap memasukkan semua barang
bawaan kami kedalam gua. Supaya tetap aman dan nyaman, mulut gua segera kami
tutupi dengan jas hujan untuk melindungi kami dari dinginnya malam sekaligus
buruknya cuaca di malam hari itu. Sepanjang malam dipuncak hujan terus menerus
disertai angin yang kencang, tetapi Alhamdulillah kami terlindungi beda didalam
gua meskipun kami tidur berdesak-desakan dan terkadang terkena tetesan air dari
batu-batu dalam gua.
Keesokan paginya kami bangun untuk melihat
matahari terbit, kami berjalan menuju puncak tertinggi digunung ini lagi dan
wow, this is beautiful panorama!!! Kota Surabaya, Sidoarjo, Tretes, Trawas
bahkan lumpur lapindo terlihat jelas dari puncak. Belum lagi pemandangan Gunung
Arjuno-Welirang, G.Bromo yang lagi meletus dan asapnya masih membumbung tinggi
beserta G. Semeru didekatnya.
Momen-momen kepo |
Setelah cukup
puas menikmati pemandangan, kamipun bergegas prepare barang-barang kami untuk
lekas turun kebawah. Kami turun kebawah dengan cepat dan sampai ke warung pak
sembodo sekitar pukul 09.30 WIB. Kami bercerita banyak ke pak sembodo dan
beliau menyuruh kami mandi terlebih dahulu dan sesudah itu sarapan. Kami
sarapan dengan lahapnya hingga nambah berkali-kali padahal lauknya Cuma
tahu-tempe doing. Kami ini nikmat sekali Karena udah 2 hari tidak ketemu sama
nasi. Setelah semuanya selesai, saatnya kami pulang dan berpamitan terlebih
dahulu dengan pak sembodo dan mengucapkan tak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada beliau yang sudah banyak menolong kami beberapa hari yang ini.
Demikianlah
cerita dari perjalanan saya yang menurutku sangatlah menarik dan penuh
tantangan saat itu, semoga dapat menjadi pelajaran berharga bagi yang membaca.
Selamat berpetualang dan mencari pengalaman baru!!!! (3 Februari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar