Jumat, 24 Februari 2012

Tak pernah Bosan (Penanggungan)

Action @warung pak sembodo
           Seolah tidak bosan-bosannya saya naik gunung ini, hampir dalam kurun satu tahun udah 3 kali naik gunung ini. Kali ini saya menceritakan pengalaman lanjutan saya yang beberapa minggu sebelumnya gagal menaklukan puncak arjuno dan untuk mengobati kekecewaan teman-teman saya, mereka saya ajak naik gunung penanggungan saja. Kali ini saya bertindak sebagai guide lah, karena dalam ekspedisi kali ini hanya saya yang udah beberapa kali naik gunung ini sedangkan yang lain belum sama sekali bahkan tak pernah mendengar nama gunung penanggungan. Sebelumnya kami merencanakan jadwal keberangkatan sekitar seminggu setelah turun dari Gunung Arjuno, berhubung masih banyak yang berhalangan, takut cuacanya buruk lagi dan tak punya uang lagi. Akhirnya kami hanya terdiri dari 4 orang saja, yaitu Aku, Bang Taufik, Nandi dan Salis. 

         Sebelumnya mereka selalu mendesak saya agar mempercepat jadwal keberangkatan karena mereka tak sabar ingin naik atau bahkan mereka sudah kangen ambu lemahe gunung katanya atau dalam bahasa Indonesia sudah rindu dengan bau tanahnya gunung. Setelah menunda-nunda beberapa hari karena memang cuaca disurabaya dan sekitarnya kurang bersahabat yaitu setiap sore sampai malam hujan terus. Akhirnya saya memberanikan diri pada hari rabu saat itu juga ayo kita berangkat, kami berangkat dari Surabaya sekitar sore hari dan dalam perjalanan menuju kesana kami kehujanan terus hingga petang menjelang. Setibanya di Tulangan, kami mampir dulu di rumah bang eko untuk membujuk dia agar mau ikut ekspedisi kami. Tetapi dia masih trauma dengan kejadian di Arjuno kemarin, alhasil kita hanya bertamu saja dirumahnya sekaligus nebeng makan-makan apalagi orangtuanya sangat baik hati memberikan bekal kepada kami sebungkus nasi dengan lauk belut goring untuk dimakan nanti sesampainya di pos perijinan. Inilah rezeki yang tak diduga-duga datangnya, kami menyukurinya saja. Kamipun berangkat setelah adzan isyak berkumandang menuku pos Jolotundo. Sesampainya disana ternyata hujan turun tiba-tiba dengan derasnya, alhasil kami yang berencana berangkat malam hari harus menginap di musholla dekat warung pak sembodo. Alhamdulillah saya sudah mengenal baik beliau, sehingga beliau tetap ramah terhadap kami apalagi memperbolehkan kami menginap di musholla milik beliau dan kami disuruh berangkat besok pagi saja.
Keesokan paginya kami berangkat sekitar pukul 06.30 pagi setelah sarapan dari perbekalan kami masing-masing, kami berangkat melewati jalan yang setapak yang kurang jelas karena kebanyakan sudah tertutupi rumput dan semak-semak atau sudah jarang dilewati orang. Tapi saya hanya mengandalkan feeling dan ingatan saya untuk menemukan jalan mana yang benar-benar jalan pendakian. Sesampainya di Watu talang alias pos pertama, kami istirahat sejenak. Dan melanjutkan perjalanan lagi menuju candi putri dengan cuaca yang terik dan sesampainya disana kami istirahat sebentar. 
Watu talang & Candi Putri
 Barulah setelah kami bangun ingin melanjutkan perjalanan, saya dibingungkan dengan banyaknya jalan yang ada. Yaitu sebanyak 4 persimpangan jalan, wah ini pertanda buruk karena dulunya saya tak pernah menjumpai bahkan melewati jalan lain dari pos ini. Saya agak lupa lewat jalan mana, soalnya dulu kami mendaki selalu malam hari dan saya tak pernah menjadi leader dalam pendakian-pendakian sebelumnya. Dan sekarang saya ditunjuk menjadi leader dan saya harus mampu membimbing teman-teman saya untuk cepat sampai kepuncak. Akhirnya saya meminta saran kepada pak sembodo dengan mengirim pesan dan beliau mengatakan untuk berjalan mengikuti punggung gunung yaitu lewat sebelah kiri. Dengan feeling yang tak enak saya menuruti perintah beliau, alhasil jalan yang saya lalui kok beda sekali dengan jalan yang pernah saya lewati dulu. Kami harus menerobos semak-semak bahkan mengikuti jalan yang tak jelas dan terkadang membuka jalan baru. Saya pun berpikiran apakah kami kesasar atau jalan yang lama udah hilang akibat terkena longsor. Sayapun bingung saat itu, dan mencoba menghubungi pak sembodo lagi apakah jalan yang kami ambil itu benar. Ternyata telepon kami terputus di tengah perjalanan, akhirnya saya mencoba berpikir jernih dengan mengistirahatkan badan dulu dan mencoba tidak panic terlebih dahulu. Saat itulah kesabaran kami sedang diuji, akhirnya dalam keterbingungan saya memutuskanterus saja dan mengambil jaln menyamping kekanan untuk mencari jalan lain ke candi pure atau candi gentong dan berusaha tidak berjalan kekiri lagi untuk mendekati Gunung gajah mungkur. Dengan kondisi yang sudah payah dan banyak luka pada kulit kami akibat goresan ranting-ranting tajam, saya mencoba meyakinkan teman-teman saya agar jangan berputus asa dan yakin kita akan keluar dari hutan semak belukar yang menyesatkan ini. Akhirnya kesabaran kami membuahkan hasil, kami menemukan jalan setapak yang ada tandanya bahwa ini adalah jalur yang benar. Kami mengucapkan beribu-ribu syukur terhadap sang kuasa yang telah memberikan pertolongan ke kami,tak berselang lama kami sampai ke candi gentong. Berarti saat tersesat tadi selama 2 jam tadi, kami sudah melewati candi pure. Kamipun tak memikirkannya lagi dan beristirahat sejenak, kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi menuju candi sinta. 
 
             Dan akhirnya inilah yang ditunggu-tunggu yaitu naik menuju puncak, kami pun sangat bersemangat apalagi cuaca saat itu lagi mendung sehingga melindungi kami dari cuaca panas. Meskipun jalan kami lalui terjal karena merupakan jalur lintasan air mengalir dari atas puncak, kami tak menyerah. Seperti pendakian sebelumnya kami tak pernah membawa kompor untuk memasak, jadi kami harus mencari kayu bakar. Uniknya kayu bakar di gunung ini tak pernah basah walaupun terkena hujan tiap hari, kamipun mencari kayu bakar secukupnya. Tinggal beberapa meter lagi kepuncak, hujan turun dengan lebatnya. Alhasil kami harus berhenti sejenak dan mengeluarkan jas hujan kami untuk berteduh. Kamipun ingat bahwa persediaan air kami tinggal sedikit akibat habis buat minum selama kesasar dibawah tadi, kami menampung air hujan ke dalam beberapa botol untuk persediaan minum diatas dan nanti saat turun. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalann kami dan kayu bakar yang kami cari tadi alhasil dalam kondisi basah semua. Kamipun tetap membwanya barangkali nanti diatas cuacanya panas dan kayu bakar dapat kering dengan sendirinya.
            Setelah sampai dipuncak, teman-teman gembira sekali karena ini adalah puncak pertama mereka. Kamipun bergegas turun ke kekawah untuk menuju gua. Sesampainya di gua, kami langsung beres-beres untuk menyiapkan tempat tidur dan menyiapkan makanan. Karena kayu bakar yang kami bawa dalam kondisi basah dang angin dipuncak berhembus kencang. Kami pun tak bisa memasak apapun di sore itu, karena untuk menyalakan api saja sangatlah sulit. Alhasil kami hanya makan makanan ringan dan roti sebagai pengganti makanan pokok hingga petang menjelang. Dan sebelum petang menjelang kami menyempatkan diri naik kepuncak gunung ini yang paling tinggi dan menikmati indahnya pemandangan kota trawas dan tretes dari puncak beserta pemandangan Pegunungan Arjuno-Welirang yang puncaknya sudah diselimuti kabut tebal. Hal itu mengingatkan kami beberapa minggu sebelumnya yang sempat tertahan oleh badai di tengah gunung.
Action @puncak, background kabut yg bergerak dari puncak G.Arjuno-Welirang
 
Setelah puas menikmati pemandangan, kamipun turun dan bersiap-siap memasukkan semua barang bawaan kami kedalam gua. Supaya tetap aman dan nyaman, mulut gua segera kami tutupi dengan jas hujan untuk melindungi kami dari dinginnya malam sekaligus buruknya cuaca di malam hari itu. Sepanjang malam dipuncak hujan terus menerus disertai angin yang kencang, tetapi Alhamdulillah kami terlindungi beda didalam gua meskipun kami tidur berdesak-desakan dan terkadang terkena tetesan air dari batu-batu dalam gua.
        Keesokan paginya kami bangun untuk melihat matahari terbit, kami berjalan menuju puncak tertinggi digunung ini lagi dan wow, this is beautiful panorama!!! Kota Surabaya, Sidoarjo, Tretes, Trawas bahkan lumpur lapindo terlihat jelas dari puncak. Belum lagi pemandangan Gunung Arjuno-Welirang, G.Bromo yang lagi meletus dan asapnya masih membumbung tinggi beserta G. Semeru didekatnya. 
Momen-momen kepo
               Setelah cukup puas menikmati pemandangan, kamipun bergegas prepare barang-barang kami untuk lekas turun kebawah. Kami turun kebawah dengan cepat dan sampai ke warung pak sembodo sekitar pukul 09.30 WIB. Kami bercerita banyak ke pak sembodo dan beliau menyuruh kami mandi terlebih dahulu dan sesudah itu sarapan. Kami sarapan dengan lahapnya hingga nambah berkali-kali padahal lauknya Cuma tahu-tempe doing. Kami ini nikmat sekali Karena udah 2 hari tidak ketemu sama nasi. Setelah semuanya selesai, saatnya kami pulang dan berpamitan terlebih dahulu dengan pak sembodo dan mengucapkan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau yang sudah banyak menolong kami beberapa hari yang ini. 

  Demikianlah cerita dari perjalanan saya yang menurutku sangatlah menarik dan penuh tantangan saat itu, semoga dapat menjadi pelajaran berharga bagi yang membaca. Selamat berpetualang dan mencari pengalaman baru!!!!  (3 Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar