Rabu, 12 September 2012

"Membelah Kesunyian Arjuno"



Puncak Ogal-Agil (Arjuno)
        Cerita pendakian keempat saya ke gunung yang berdiri kokoh dengan ketinggian 3339 meter diatas permukaan laut yang menasbihkan dirinya menjadi gunung tertinggi kedua di jawa timur dan keempat dipulau jawa, puncaknya yang dilihat dari jauh mengerucut kecil dan bukanlah tipe gunung berapi kecuali saudara mudanya yang masih aktif yang berada satu deretan pegunungan yaitu Gunung welirang (3126 mdpl). Pendakian kali ini saya lakukan dalam rangka mengantarkan teman-teman yang sangat penasaran dengan ekstrimnya medan arjuno dan sekalian refreshing setelah berlelah-lelah seminggu penuh belajar untuk ujian tengah semester. Pendakian kali ini diikuti oleh 9 orang beserta saya yang nantinya akan terbagi menjadi 2 rombongan yaitu rombongan 1 ke G.Arjuno akan saya pimpin dan rombongan 2 ke G.Welirang yang dipimpin oleh Roza, tetapi berangkatnya tetap sama-sama hingga pos kedua yaitu pos pondokan.

         Jadi cerita begini seperti biasanya sebelum berangkat kami berkumpul dikampus untuk mempersiapkan segala keperluan untuk mendaki termasuk tenda dan perlengkapan yang lain, untuk masalah menambal semua biaya perjalanan, perlengkapan hingga perijinan setiap anggota saya kenai iuran Rp.40.000,- . Tiap anggota juga saya wajibkan membawa barang penting untuk pribadi seperti sleeping bag dan matras, juga makan-makanan ringan seperti mie instan perorang membawa 4 buah. Waktu keberangkatan kami pilih hari Jum’at malam setelah usai kuliah, belum lagi menunggu teman rombongan lain yang masih repot siap-siap perbekalan mereka. Tibalah sekitar pukul 22.30 WIB berkumpullah kami semua dikampus dan checklist apakah barang yang dibawa sudah lengkap semua dan tak ada yang ketinggalan. Pendakian kali terbilang agak lumayan berat karena saya, roza dan andy harus memandu 6 orang yang masih terbilang beginner, tapi semua itu dibuat have fun saja karena tujuan kami sampai dipuncak tujuan kami masing-masing dengan selamat.

        Dengan mengendarai 5 motor yang saling bergoncengan kecuali si andy kami berangkat menuju puncaknya jawa timur yaitu kota tretes. Sekitar 1 jam setengah  perjalanan kami akhirnya sampai di tretes dan sudah disambut dinginnya suhu kota tretes yang terletak dikaki gunung arjuno. Tretes menjadi pos pendakian favorit karena aksesnya terbilang mudah dan mempunyai trek pendakian yang jelas. Setelah memarkirkan motor di rumah penjaga pos perijinan sekalian mengurus perijinan yang perorangnya kena tarif Rp.6000,- untuk masuk kawasan Taman Nasional Hutan R.soeryo, kami turun kebawah mencari warung untuk mengisi perut dan ngopi sejenak sebelum berangkat. 
        Sekitar pukul 01.00 WIB kami start melakukan pendakian hingga pet bocor dan akan bermalam sejenak untuk beristirahat ditempat tersebut, Cuma dibutuhkan 30 menit untuk sampai di Pet bocor. Petbocor bukanlah sebuah pos, tetapi sebuah area camping ground terbuka bagi khalayak umum sehingga masih ditemukannya warung disitu. Dan salahsatu tempat favorit para pendaki bermalam sebelum melanjutkan perjalanan kepuncak, Air juga masih ditemukan disitu karena nama pet bocor berarti pipa air yang bocor yang airnya langsung mengalir dari sumber aslinya. Bermalam ditempat itu seolah tak ada gunanya karena mata tak bisa dipejamkan sama sekali meskipun badan keliatan sudah capek dan ingin beristirahat. Apalagi saat itu banyak pendaki bermalam ditempat itu yang semakin menambah ramainya pagi dinihari itu. Adzan subuhpun berkumandang, kamipun memasak air untuk memasak kopi sebelum memutuskan berangkat. Pagi itupun terasa indah ditambah udara sejuk yang masuk keparu-paru semakin menambah segarnya pagi itu. Kamipun berkemas dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan, pukul  07.00 WIB pun kami berangkat meninggalkan petbocor. 

        Jalanan bercor dilanjut jalanan berbatu yang berkelok-kelok dan semakin menanjak menjadi sarapan pagi kami saat itu, untuk mengimbangi anggota rombongan kami yang masih pemula mereka saya persilahkan untuk jalan duluan didepan supaya nanti pas istirahat punya waktu agak lama. Kira-kira setengah perjalanan menuju pos satu yang dibarengi teriknya sinar matahari pagi itu, kamipun beberapa kali beristirahat karena benar-benar fisik tak kuat lagi bila dipaksakan buat berjalan. Apalagi mata dan perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi, akhirnya sebungkus roti kami keluarkan untuk mengganjal perut kami masing-masing. berjalan beberapa meter pemandangan sudah berubah 180 derajat, padang terbuka menyambut kami. Pemandangan gunung penanggungan menjadi pusat pandangan kami yang menjulang sendiri diapit oleh perkotaan kecil dibawahnya semakin membuat nuansa indah diperjalanan ini.



        Perjalanan pun kami lanjutkan hingga mendekati pos satu kokopan, dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang lama kelamaan suaranya semakin mendekat. Selang beberapa menit dibelakang kami suara bel berbunyi tanda ada mobil mau lewat, inilaha yang dari dulu saya ingin saya lihat yaitu sebuah mobil jeep pengangkut belerang. Sungguh beruntung bertemu mobil tersebut hari itu, dengan handalnya sisupir mengendarai mobil tersebut mewati jalanan berbatu dan jalanan berkelok-kelok. Tak berlama-lama terhipnotis, kamipun melanjutkan perjalanan kembali. Dan tak berselang lama setelah kaki lelah berjalan kurang lebih 3,5 jam akhirnya kami mendengar suara air yang menandakan kami sudah sampai di pos satu kokopan.
       Sungguh pemandangan yang tak seperti biasanya karena gubuk tempat para pendaki bisanya untuk istirahat telah dihuni bapak tua yang sedang berjualan makanan disitu. Wah sungguh istimewa masih ada warung diketinggian 1600 mdpl, harganya pun terbilang murah dan bisa dimaklumi karena sibapak harus membawanya dari bawah untuk naik keatas dan semua itu butuh perjuangan. Didepan warung itu terparkir mobil jeep yang ditinggal supirnya yang lagi istirahat sambil ngopi diwarung tersebut. Tak kami lewatkan kesempatan itu untuk berfoto-foto dengan mobil antik itu. Setelah itu barulah kami bermain-main dengan segarnya air sumber mata air yang berada disana, sedangkan yang lain bertugas bersiap-siap memasak dan menyiapkan makanan. Hidangan pun telah siap dan kami berkumpul menjadi satu sambil memandang makanan yang digelar diatas plastik, aroma sarden dan kornet pun langsung menusuk hidung. Ditambah krupuk yang kami beli diwarung bapak yang seharga 1000 rupiah perbijinya langsung kami serbu santapan nusantara tersebut, betapa enaknya dan luar biasanya suasana makan bersama saat itu hampir tak ada yang tersisa karena memang semuanya benar-benar lapar. 



        Kemudian kami harus bersiap-siap kembali untuk melanjutkan perjalanan karen ahari sudah siang, pukul 12.15 kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos dua pondokan. Kali ini trek yang kami lewati tetap berbatu-batu disertai belokan-belokan yang tak ada habisnya. Sangat menguras tenaga untuk melewati jalanan ini, kemudian tiba diujung tanjakan setan yang berarti kita sudah berada setengah perjalanan. Sungguh tanjakan yang menyesakkan untuk dilewati seolah tak ada ujungnya dan akhirnya masuklah kami di kawasan hutan alas lali jiwo yang terkenal keangkerannya. Kamipun melanjutkan perjalanan pelan-pelan hingga sampai titik tenaga penghabisan barulah kami berhenti untuk beristirahat. Trek yang tak begitu menanjak menbujur punggungan gunung inilah tanda kami akan sampai di pos kedua, meskipun beberapa kali melewati tanjakan kecil yang jaraknya tak begitu jauh. Stamina memang masih harus digenjot untuk bisa cepat sampai kepos tersebut. 



         Ditanjakan terakhir sebelum memasuki kawasan pondokan para penambang ini, teman-teman sangat berbahagia karena akhirnya mereka bisa sampai juga dipos kedua setelah berjalan kurang lebih 4 jam. Setelah itu kami mencari tempat untuk mendirikan tenda sambil mencari kayu untuk bakar-bakar malam itu, pilihan kami tertuju pada tempat favorit kami sebelumnya yaitu diatas sumber mata air. Tenda pun segera kami dirikan karena petang pun sudah menjelang yang membuat suhu dikawasan tersebut sudah beranjak dingin. 


       Segera kami buat perapian berbahan ranting-ranting pohon pinus dan yang lain menyiapkan hidangan untuk makan malam, menikmati hangatnya api unggun dimalam itu sambil menikmati kopi sungguh luar biasa nikmatnya apalagi disertai canda tawa bersama teman-teman semakin mewarnai hangatnya malam itu. Setelah makan malam, kamipun masuk tenda untuk beristirahat dan menyiapakan stamina buat perjalanan esok karena untuk ke puncak gunung arjuno harus berangkat lebih awal yaitu sekitar pukul 02.00 WIB, sedangkan yang ke puncak gunung welirang yang jaraknya tak terlalu jauh bisa bangun jam 04.00 WIB untuk summit. Tak terasa hujan turun dimalam itu dan membasahi semua bawaan yang kami bawa meskipun yang ada di tenda, tak terkecuali sleeping bag yang harus rela tertembus aiar dan mengusik kenyamanan kami untuk tidir dimalam itu. Karena itulah saya beberapa kali terbangun menggigil kedinginan sambil memandangi dinding tenda yang masih basah diguyur air hujan dari luar. Angin dimalam itu terbilang lumayan kencang karena datang disertai hujan. 
          Akhirnya pukul 02.30 WIB kami memutuskan tetap berangkat melanjutkan perjalanan menuju puncak arjuno yang berjumlah 4 orang sambil ditemani rintikan gerimis meskipun bulan terlihat bundar dimalam itu. Tak mengelakkan pakaian kami basah dalam perjalanan, apalagi sepeninggal dari pos kedua langsung disambut hutan ilalang yang sangat lebat dan tinggi-tinggi. Berbekal ketenangan dan pemahaman kondisi trek pendakian yang sudah saya lewati beberapa kali, akhirnya butuh waktu setengah jam perjalanan untuk keluar dihutan semak-semak tersebut dan disambutlah kami oleh lembah kidang meskipun masih terlihat gelap. Kadang nampak puncak arjuno yang menjulang tinggi yang terkadang membuat ciut nyali kami karena beratnya medan yang harus ditempuh untuk bisa sampai kepuncak tersebut. Badan yang menggigil beberapa kali karena sudah tak kuat menahan rasa dingin yang menusuk tubuh bila sesekali kami berhenti untuk istirahat, mending kami buat berjalan pelan-pelan agar tubuh ini bisa tetap hangat karena keringat yang kami keluarkan. Tanjakan demi tanjakan kami lewati dengan susah payah yang tak ada habisnya, barulah pukul 05.30 sinar mentari muncul yang mebuat semua langit berwarna orange meskipun kabut masih menyelimuti kawsan puncak arjuno. Pemandangan yang indah saya dpatkan ketika dalam perjalanankurang beberapa meter lagi sampai dipuncak bayangan, kabut bergerak dari satu puncak kepuncak yang lain disingkap oleh sinar mentari yang sudah ingin keluar menggantikan pagi itu dengan kehangatan. 

        Akhirnya tibalah kami dipuncak bayangan dan perjalanan ini masih belum selesai karen amsih ada sekitar 3 puncak lagi yang harus kami lewati, sedikit-sedikit kami berjalan naik turun melewati puncak tersebut sambil berharap kabut turun dari puncak arjuno. Akhirnya setelah 6 jam perjalanan kami sampai dipuncak arjuno sekiat pukul 08.00 WIB dan kami langsung disambut beberapa orang yang kebetulan sudah beberapa hari menginap diatas puncak. Ini baru yang namanya puncak sesungguhnya karena dari sungguh pemandangan yang wah bakal disajikan dari satu tempat ini yang bakalan tak ditemukan ditempat lain, Tuhanpun mendengarkan doa kami dan kabutpun seolah hilang tak berbekas ketika kami sampai dipuncak, berganti cuaca cerah yang menyajikan indahnya alam nusantara  ini. Sungguh indah alam nusantara ini, laut dan deretan pegunungan disertai pemukiman para penduduk yang kami lihat dari puncak seolah memberi tahu kami bukti kekuasaan tuhan akan alam semesta ini. Segera baju dan jaket saya tanggalkan semua untuk kami jemur di teriknya cuaca pagi itu dan tak lupa kami abadikan momen-momen yang berbahagia itu sebagai oleh-oleh kami dari puncak. 








         Pemandangan berbeda kami lihat gunung disebelah kami yang bukan lain G. Welirang yang menjadi tujuan teman-teman kami yang lain ternyata sedang diselimuti kabut tebal, dan saya merasa pasti teman-teman sudah sampai kesana dan bertanya-tanya pasti mereka kecewa karena tak bisa melihat pemandangan bagus dari atas puncak welirang. Kamipun tak berlama-lama dipuncak, dan pukul 10.00 WIB kami kembali turun kebawah. Dalam perjalanan turun kami berpapasan dengan banyak rombongan pendaki lain yang keliatan baru summit pagi ini, kamipun tak lupa memberi salam dan memberi dorongan semangat agar tak mudah menyerah. 


       Setelah satu setengah jam lebih berjalan akhirnya kami sampai dipondokan dan teman-teman sudah menunggu dari tadi kedatangan kami sambil memasak makanan. Kamipun meleset dari rencana dan sampainya agak kesiangan, kamipun minta maaf karena mereka sudah menunggu lama. Capek menjadi oleh-oleh yang khas dari perjalanan ke puncak, dan tidurpun menjadi obat yang mujarab bagi para pendaki yang kebetulan kena sindrom itu. Setengah jam memejamkan mata badan terasa segar kembali dan harumnya bau masakan yang dimasak oleh si Roza sudah menusuk hidung dan membuat perut semakin keroncongan yang dari tadi sudah kelaparan, masakan istimewa tumplek blek jadi satu beralaskan plastik memanjang semakin membuat suasana menjadi menyenangkan. 
      Dengan lahap ibarat singa kelaparan semuanya berebut memuluk nasi beserta sarden, dan akhirnya semuanya habis tak tersisa kecuali plastiknya doang. Kemudian kami berkemas dan bersiap-siap untuk turun karena kami tak ingin turun kemalaman lagi seperti pengalaman kemarin. Akhirnya kami turun sekitar pukul 12.30 WIB meninggalkan pos pondokan menuju kebawah, cukup 2 jam kami sudah sampai di pos pertama kokopan dan beristirahat sejenak sambil ngopi di warung yang alhamdulillah masih buka. Baru sekitar sore pukul 15.30 WIB kami turun dengan cepat hingga sampailah dipetbocor sekitar waktu maghrib. Setelah itu kami turun menuju pos perijinan sambil melentangkan kaki yang sudah kaku kelelahan, sambil bersih-bersih badan di kamar mandi yang tersedia. Kemudian motor kami keluarkan satu persatu sambil tak lupa bayar parkir Rp.10.000,-, kemudian motor kami pacu berjalan meninggalkan kota tretes menuju kota surabaya. Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat bagi yang cuma sekedar membaca tulisan jelek saya dan semoga menjadi referensi yang bermanfaat bagi yang pengen naik ke gunung ini. Selamat berpetualang!!!
   

2 komentar:

  1. pingin banget naik ke sana lagi yang lama

    2X naik kesana
    dari kop kopan ke puncak welirang langsung turun lagi ke kop kopan karena tenda di kop kopan

    pingin seharian menikmati pemandangan puncak welirang

    dan tak pernah ke puncak arjunoooo
    semoga kesehatanku mumpunin

    BalasHapus
  2. Arjuno tuh harus dicoba bang doedik,,,
    pemandangannya lebih waah dari welirang,,,
    saya masih kepincut tuh sama nie gunung, padahal capeknya minta ampun lho ndaki gunung ini...

    monggo dicoba):

    BalasHapus