Jumat, 30 November 2012

Nostalgia with Pasir "Bromo"


Bromo-Semeru
Satu kata kalau mendengar kata-kata bromo yaitu keindahannya, memang tak dipungkiri salah satu ciptaan tuhan ini memang primadonanya wisata indonesia. Mengapa bisa dikatakan primadona?? bagaimana tidak, orang bule saja banyak berdatangan dari seluruh penjuru dunia hanya untuk datang ke tempat ini. Hal itu berarti Bromo memiliki ciri khas yang tidak dimiliki objek wisata pegunungan didaerah lain bahkan didunia. Itu semua benar, Bromo adalah satu-satunya kawasan pegunungan yang memiliki lautan pasir yang indah yang tak akan pernah dijumpai di tempat lain. Banyak spot menarik yang tentunya dimiliki tempat ini selain tadi yang satu persatu akan saya bahas dalam cerita perjalanan saya kali ini.

Seperti biasanya saya selalu mempunyai rencana trip tak terduga dan akhirnya bromo lah menjadi tujuan saya bersama kelima kawan saya. Mengapa saya pilih bromo?? alasan pertama adalah nostalgia sambil pengen lihat perubahan setelah era erupsi bromo, maklum saya kesana terakhir kali sebelum bromo erupsi lho. Dan alasan kedua ane jadi guide kawan2 saya yang kebetulan perantau dari jauh semua yang penasaran pengen melihat indahnya bromo yang tersohor itu katanya. Berangkatlah kami saat itu di akhir penghujung bulan agustus pada jumat malam, jam 23.00 kami meluncur dari kampus menuju kota purwodadi-pasuruan. Kami berencana lewat jalur nongkojajar karena pengen mencoba saja, karena males aja lewat probolinggo. Karena posisi kami belum pernah ada yang punya pengalaman lewat kawasan ini, jadi saya berusaha mengorek info lebih jauh mengenai jalur ini. Benar menurut perkaan teman saya bahwa ke bromo lewat jalur ini tidak begitu susah dan tak begitu jauh yaitu cuma 2, 5 jam perjalanan saja. Tapi yang jadi catatan kita harus bersiap-siap mengisi bahan bakar fuel tank sebelum melanjutkan perjalanan lewat jalur ini, karena sudah tak ada lagi stasiun pengisian bahan bakar disepanjang perjalanan. Setelah mengisi bensin fuel tank, kami melanjutkan perjalanan menuju kota kecil nongkojajar yang sudah masuk kabupaten malang. Disepanjang perjalanan kami tak bisa menikmati indahnya pemandangan karena semuanya dalam kondisi gelap, maklumlah ane kan berangkat malam. Melewati jalan berkelok-kelok khas pegunungan dan perkampungan penduduk yang jalannya sudah mulai agak mengganggu sedikit. terkadang kami harus ekstra hati-hati karena jalanan banyak yang berlubang dan tak beraspal, jadi kami harus memposisikan gaya setir motor kami harus pelan-pelan. Berlanjut jalanan yang mulai menanjak naik turun dan mengelilingi bukit, melewati beberapa tugu disertai beebauan kemenyan yang menandakan kami sudah sampai di perkampungan suku tengger di tosari-Pasuruan. Akhirnya perjalanan kami terhenti sebentar disebuah pos untuk membeli tiket masuk sebesar Rp. 10.000 permotor. Setelah itu kami melanjtkan perjalanan kembali menuju puncak penanjakan, belum sampai spot tujuan kami. Kembali kami terhenti karena dinginnya suhu kawasan ini mulai menusuk badan, kamipun berhenti disebuah pos informasi yang kebetulan ramai dipagi dinihari itu oleh para pelancong lokal. Setelah berbenah diri dengan memakai kerpus, kaos tangan dan kaos kaki kamipun melanjutkan perjalanan kembali menuju Pananjakan untuk mengejar sunrise. Dan setelah motor kami berjuang keras untuk naik melewati jalanan yang wah, akhirnya kamipun sampai di kawasan pananjakan sekitar pukul 03.00, segera motor kami parkirkan. Karena posisi pagi masih lama, kamipun memlihi untuk mengusir rasa kantuk yang mulai melanda dengan ngopi di salah satu warung yang kebetulan banyak berjejeran dikawasan itu. Meskipun agak mahal secangkir nya 2x harga normalnya, harap dimaklumi karena posisinya disini adalah kawasan wisata. Sambil menghangatkan tangan diatas arang yang dibakar didepan warung dan ngobrol2 gk jelas dengan pelancong lokal lain untuk mengurangi rasa dingin di tubuh kami masing-masing. 

Pukul 04.00 kami memutuskan untuk naik menuju puncak penanjakan untuk mencari spot yang bagus melihat sunrise, sesampainya disana kami disambut puluhan orang yang berkerumunan berdiri untuk mengamankan posisi mereka hanya demi sebuah sunrise dari kawasan ini. Aku tak tahu apa yang ada dibenak para orang bule itu, mereka rela berdesakan hanya demi sebuah foto matahari terbit, sementara yang lokal duduk2 saja dan seolah tak begitu peduli dengan matahari terbit. Orang2 disitu hilir mudik mondar-mandir tak diam, tapi kami hanya terdiam duduk santai sambil makan-makan dan tentunya berharap kebagian tempat untuk melihat sunrise yang bagus. Pukul 05.30 Sunrise pun mulai kelihatan jelas dan kilauan cahaya yang keluar dari kamera wisatawan saling sahut menyahut memotret indahnya lukisan tuhan. Kabut dilautan pasir bromo pun mulai terusir berganti indahnya lautan pasir bromo beserta deretan pegunungannya, Semakin betah mereka disitu untuk sengaja mengabadikan momen-momen seperti itu. kami pun seolah tak tinggal diam dan berusaha mencari spot yang indah untuk potret2 tentunya. setelah tak menemukan posisi yang tak terlalu bagus, kamipun turun sedikit kebawah dan benar disinilah spot yang paling baik menurut kami karena kami berhasil jeprat-jepret sepuasnya tanpa ada gangguan. 








Setelah puas menikmati pananjakan, perjalanan belum selesai alias berlanjut menuju kawah bromo. Disini adrenalin berkendara mulai terasa, melewati jalanan beraspal yang rusak dan tentunya berkerikil, melihat kiri jalan jurang dalam sudah menyambut bila tak hati-hati. Ditambah harus berbagi jalan dengan hartop yang hilir mudik naik turun, tapi untungnya kami bisa turun dengan selamat dan sampailah kami dilautan pasir bromo. Mulailah ban motor kami agak selip kanan-kiri yang tentunya menyulitkan kami untuk berkendara, tak menyia-nyiakan tiap momen indah tempat ini, kamipun potret2 lagi. Debu pasir yang berterbangan mulai agak mengganggu perjalanan kami, kamipun harus menyetir motor kami sehandal mungkin karena resiko jatuh sangatlah tinggi yang disebabkan tak balance nya ban dengan pasir. Tapi akhirnya sampai juga diparkiran dan segera mungkin motor kami parkir. Lagi-lagi debu pasir saat itu sangatlah mengganggu, sehingga terkadang muka ini harus saya tutup semua agar mata tak kelilipan. Perjalanan menuju kawah bromo ini yang mulai menghabiskan tenaga ditambah panas teriknya matahari + tiupan angin yang membawa debu pasir semakin menambah tingkat kesulitan perjalanan ini. Dan sampailah di tangga menuju kawah, satu-persatu tangga kami lewati dan so finally kawah bromo yang indah akhirnya bisa terlihat, tak berselang lama badai pasir datang yang membuat kami tak berlama-lama disana dan akhirnya memutuskan untuk turun dan pulang. 









Kamipun memilih pulang lewat probolinggo, kondisi badan capek, ngantuk dan lapar membuat kami istirahat sejenak di jalan raya probolinggo untuk istirahat dan makan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Surabaya yang kira-kira ditempuh 3 jam perjalanan. Demikian edisi jalan-jalan saya di Bromo dan sekitarnya, semoga menjadi referensi yang bermanfaat. Jangan kapok jalan-jalan yaaa,,

2 komentar:

  1. uda ke bromo tapi ke puncak penanjakan aja soalnya jalan kebawahnya di perbaiki

    tapi kayaknya gak seberapa asik ke gunungnya cuma ingin merasakan padang pasirnya aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAhaha,,,bukan cari asyiknya, tp sekedar pengen eksis aja tujuan saya,,, kalo pengen adventure coba deh cari spot laen disekitar bromo, banyak kok!!! ex: bukit teletubbies, pasir berbisik, air terjun mandalawangi, air terjun coban pelangi dll... monggo dicoba lagi!!!

      Hapus