|
G.Semeru (3676 mdpl) |
Inilah pendakian
yang sudah saya mimpi-minpikan sejak lama, yaitu pergi mendaki ke Gunung
Semeru. Bahkan bagi kalangan para pendaki gunung ini adalah gunung favorit para
pendaki di Indonesia karena selain merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa,
gunung ini juga mempunyai trek yang landai dan tidak memberatkan bagi kalangan
pendaki pemula dan juga mempunyai pemandangan yang sangat kharismatik dengan danau
Ranu kumbolonya dan kawah Jonggring Salokanya yang masih aktif mengeluarkan
letusannya tiap setengah jam sekali. Hal-hal menarik itulah yang semakin
membuat saya tepesona dan tertarik untuk segera melakukan pendakian ke gunung ini,
apalagi ditambah cerita keberhasilan teman-teman saya yang sudah lebih dulu berhasil
menaklukan puncaknya yang membuat semangat saya semakin menggebu-gebu.
Gunung Semeru
adalah salah satu gunung aktif tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3676
mdpl, gunung ini bertipe strato volcano yang bentuknya mengerucut akibat
pergerakan magma yang terus aktif dibawahnya. Gunung ini dalam kategori selalu
waspada atau siaga karena selalu tiap hitungan menit aktif mengeluarkan letusan
kecil yang disertai asap yang mengandung gas-gas beracun dan batu berkerikil
atau bahkan bebatuan lava. Hal inilah yang membuat pendakian semeru tampak
istimewa dibanding pendakian ke gunung aktif lainnya di Indonesia, tetapi yang
namanya gunung tetaplah gunung. Kita tidaklah bisa menerka-nerka sifatnya.
Terkadang bersahabat dengan kita, terkadang juga tidak. Gunung Semeru memiliki
puncak/spot tertinggi yang dinamakan puncak “Mahameru”, di puncak inilah
terdapat tugu in memoriam Soe Hok Gie bersama rekannya Idhan Lubis yang dulu
ditemukan meninggal di puncak ini akibat menghirup gas beracun yang dikeluarkan
oleh Semeru. Untuk mendaki Gunung Semeru terdapat jalur utama yaitu melalui desa RanuPane yang dapat kita tempuh dari Malang dan Lumajang. Kalau lewat Kota Malang, kita dapat turun di terminal
Arjosari dan menumpang angkutan menuju Tumpang. Dari tumpang ada 2 alternatif
kendaraan, pilihan pertama kita
dapat menyewa Hartop dengan tarif yang agak mahal tentunya yaitu kira
Rp.450.000,- yang dapat kita isi max 15 orang dan pilihan kedua kita dapat
menumpang truk pengangkut sayur milik warga dengan tarif yang murah yaitu cukup
Rp.30.000,-per orangnya.
Cerita kali ini
saya mulai dari rencana awal sebelum mendaki yaitu mengenai penetapan waktu
yang tepat untuk melakukan pendakian. Kebingungan melanda saya ketika saat itu
saya dihadapkan 2 opsi pilihan yaitu ikut teman soib saya yang bernama Sas atau
berangkat bersama-sama setelah UAS bersama teman-teman kampus. Selain faktor
tersebut, saya juga harus memperhitungkan efisiensi waktu, cuaca dan biaya
perjalanan. Kalau ikut teman saya, jadwal sudah jelas dan terencana yaitu
sekitar tanggal 27 desember balik tanggal 31 desember karena dia hanya dapat
jatah libur kerja segitu dan saya berkeyakinan UAS pasti diselenggarakan di
Awal Januari. Kalau ikut teman-teman kampus, jadwal belum jelas dan belum
terencana karena UASnya belum ditentukan tanggal mulainya dan akhirnya, juga cuaca saat itu sangat tidak bisa
diprediksi. Setelah berpikir masak-mask, akhirnya saya memutuskan ikut sahabat
soib saya yaitu berangkat tanggal 27 Desember. Sebelum berangkat besoknya,
malamnya kami diskusi untuk membicarakan persiapan perjalanan besok. Kami
diskusi panjang lebar mengenai pengalaman-pengalaman kawan-kawan atau bahkan
orang-orang yang pernah naik kesana dan kendala apa saja selama perjalanan
pendakian kesana, karena pengalaman adalah guru yang terbaik menurut kami.
Belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang lain membuat kami semakin matang
dalam mengkonsep dan memperhitungkan untung dan ruginya dari perjalanan ini.
Kami mempersiapkan yang terbaik untuk pendakian kali ini, dan baru kali ini
kami mendaki membawa peralatan lengkap seperti tenda dan sleeping bag. Kami
sadar pendakian ke Semeru ini bukan main-main karena berhubungan dengan nyawa
kami sendiri taruhannya. Hipotermia adalah penyebab kematian paling utama bagi
para pendaki yang kebanyakan melanda para pendaki yang selalu kurang siap
ditinjau dari perlengkapan dan perbekalannya, sehingga tubuh mereka tak kuat
lagi menahan hawa dinginnya gunung. Apalagi di Gunung ini terkenal dengan cuaca
ekstrimnya yang biasanya melanda dari bulan Desember sampai Maret yaitu saat
musim penghujan, sehingga kamipun tak lupa membawa rain coat untuk
mengantisipasinya. Tak lupa perbekalan yang biasanya hanya membawa beras dan mie
instan, kami tambah dengan sardine, dan makanan pendukung seperti ketela, kentang dan singkong.
Keesokan paginya
di kediaman kami masing-masing, saya yang sudah menyiapkan ransel 80 liter
untuk membawa barang-barang seperti sleeping bag, beras, sepatu, pakaian,
jaket, kompor, makanan dan minuman, senter, perlengkapan memasak dan
obat-obatan. Sedangkan Sas membawa sleeping bag, jaket, pakaian, sepatu,
makanan dan minuman, dan tak lupa tenda. Karena kami adalah Backpacker Nekad,
kami selalu mengendarai sepeda motor untuk bepergian kemanapun. Kamipun Start
dari rumah sekitar pukul 10.30 WIB dan langsung meuncur menuju Tumpang –
Malang. Belum sampai ditempat tujuan, dalam perjalanan ban sepeda saya sudah
bocor 2 kali dan keduanya bocor di jalan pantura Gempol dan Purwosari-Pasuruan.
Akhirnya saya terpaksa mengorek kantong saya lebih dalam karena untuk membeli ban
dalam baru untuk mengganti ban dalam lama yang sudah penuh tembelan
dimana-mana. Kami sempat berpikiran pesimis bahwa perjalanan kali ini kurang
diridhoi oleh yang Maha Kuasa. Tapi kami tetap yakin untuk melakukan ekspedisi
ini karena sudah berniat dari hati paling dalam dan sudah mendapat izin dari
orang tua kami masing-masing. Akibat ban bocor tadi waktu tempuh kami menjadi
molor dari jadwal semula, dari Purwosari kami berangkat sekitar pukul 12.30 WIB
dan Sampai di Tumpang-Malang sekitar pukul 14.00 WIB. Kami istirahat dan sholat
sebentar di pom bensin sana sambil mengisi bahan bakar untuk kendaraan kami.
Pukul 14.30 WIB kami melanjutkan perjalanan lagi menuju desa Ranu Pane yang
merupakan basecamp terakhir bagi para pendaki yang ingin mendaki ke Semeru.
Dibutuhkan waktu tempuh yang agak lama untuk menuju desa ini, karena kondisi
jalan yang rusak dan berbatu-batu membuat kendaraan kami kesulitan untuk
melewatinya. Apalagi kami harus hati-hati betul karena jalanan licin juga
sehabis diguyur air hujan, serta was-was takut ban kami meletus lagi. Mental
kami disini betul-betul diuji, sebelum sampai di desa Gubuk klakah terdapat
banyak tanjakan yang memaksa salah satu dari kami untuk turun karena kendaraan
saya tak kuat untuk kami tumpangi berdua, apalagi ditambah beratnya barang
bawaan kami. Tapi sepanjang perjalanan menuju Ranu Pane meskipun berat, kami
diobati oleh indahnya pemandangan yang disuguhkan oleh alam yang masih asri dan
menakjubkan. Apalagi setelah kami sampai di persimpangan jalan yang menuju ke
Bromo dan Ranu pane, Disana kita dapat menikmati indahnya Bromo dari atas.
tetapi saat itu kami tidaklah beruntung, karena kabut tebal sedang menyelimuti
Bromo.
|
|
|
View Pegunungan Bromo |
Tak terasa kami
sudah sampai didesa Ranu Pane sekitar pukul 16.35 WIB. Ranu Pane sebenarnya
adalah nama sebuah danau yang terletak di sebelah desa ini dan sebelah Ranu
pane masih terdapat danau Regulo yang merupakan satu kompleks danau-danau kecil
di Taman nasional Bromo Tengger Semeru. Kami singgah di sebuah rumah paling
ujung dekat dengan lapangan bola dan danau Ranu Pane untuk menitipkan kendaraan
kami dan sambil mengisi perut kami dengan bakso yang kebetulan ibu yang punya
rumah sambil jualan beberapa makanan juga. Kami sengaja menitipkan kendaraan
kami di rumah salah satu rumah penduduk, karena kami diberi informasi oleh
orang yang menyewakan tenda ke kami disitu tarifnya lebih murah bahkan tak
menentukan tarif parkir alias seikhlasnya kita. Setelah itu kami menuju masjid di
desa itu yang kebetulan dekat dan langsung melakukan sholat ashar terlebih
dahulu di masjid itu, setelah selesai melakukan sholat kami langsung berangkat
menuju pos perijinan Ranu Pane. Disana sebelum melakukan perijinan kami singgah
untuk sholat maghrib terlebih dahulu di mushollanya, dan seusainya kebetulan
saya bertemu teman-teman satu kampus yaitu dari ITS jurusan Teknik kelautan.
Dalam benak pikiranku langsung teringat si Azhar dan Arda yang dulu pernah
ketemu sama kami di Arjuno, sayapun menanyakan ke mereka apakah si Azhar dan Arda
ikut juga dalam rombongan mereka ke semeru? Mereka menjawab hanya si Azhar yang
ikut dan kebetulan dia belum juga kembali dari tadi dan ini mereka mau pulang
tinggal menunggu rombongan si Azhar datang. Mereka menjelaskan tujuan mereka
hanya ngecamp di Ranu Kumbolo beberapa hari, disana mereka dihadapkan cuaca
yang sangat tak bersahabat alias hujan terus menerus sehingga mereka tak mampu
berkutik dalam tenda. Dan akhirnya merekapun memutuskan pulang karena cuaca
yang tak bersahabat ini. Karena buruknya kondisi cuaca inilah pendakian ke
semeru pada bulan desember hingga april biasanya ditutup, kalaupun mau nekad
mendaki hanya diperbolehkan sampai pos Kalimati.
Sebelum kami
memutuskan untuk berangkat, kami mencoba ke kantor perizinan untuk mengurus
perizinan. Karena pihak perizinan tak memberi kebebasan kami untuk melakukan
pendakian ke puncak, akhirnya kami memutuskan berangkat tanpa izin alias
illegal. Kamipun berangkat dari pos perijinan malam itu juga sekitar pukul
19.30 Malam. Ditemani senter kami nekad berangkat malam itu juga karena ingin
mengejar waktu supaya dapat ngecamp di Ranu kumbolo dan melihat indahnya
matahari terbit di Ranu kumbolo. Tanpa ada perasaan takut dan was-was kamipun
berangkat dengan yakin, setelah melewati hamparan ladang di area Ranu Pane.
Kamipun mulai memasuki kawasan hutan yang jalannya agak mulai menanjak, jalanan
pun kebanyakan melewati semak belukar dan terkadang ada satu dua pohon yang
roboh karena terjangan badai semeru beberapa hari yang lalu. Dalam asyiknya
perjalanan, rekan saya kok merasa janggal dalam perjalanan ini. Dia akhirnya
memutuskan berhenti sejenak dan mencoba mengecek barang-barangnya. Dan ternyata
benar ada salah satu barang penting milik kami yang ketinggalan di pos perijinan
yaitu tenda. Untung masih belum jauh, kamipun memutuskan kembali untuk
mengambilnya kembali dan terus berdoa semoga tenda tersebut tak hilang dicuri
orang lain. Ditemani rintik-rintik hujan yang mulai turun, sampailah kami
kembali ke pos perijinan dan langsung menuju musholla untuk mengecek apakah
tenda kami masih ada disana. Dan Alhamdulillah ternyata tenda tersebut masih
ada, kami takut sekali tersebut hilang. Karena apabila tenda tersebut hilang,
selain kami harus mengganti rugi kepada pemiliknya, ekspedisi inipun akan gagal
juga karena tenda merupakan elemen penting bagi kami untuk melindungi kami dari
hawa dingin saat istirahat.
Setelah ketemu,
kami ingin melanjutkan perjalanan lagi dan berharap cuaca segera membaik. Saat
malam itu gerimis masih turun terus menerus yang membuat kami semakin
kedinginan berada ditempat itu. Akhirnya kami memutuskan istirahat sejenak
sambil menunggu cuaca membaik, kami memilih istirahat di sebuah pondok/bangunan
yang sudah tak terpakai yang biasanya digunakan para pendaki untuk bermalam.
Kamipun banyak ngobrol dengan pendaki lain, terutama saat diteras pondok kami
bertemu pendaki yang berasal dari Bekasi. Mereka jauh-jauh hari menyiapkan diri
untuk mendaki gunung ini yaitu saat libur panjang kerja atau istilahnya didunia
industry saat tutup buku di akhir tahun. Meskipun mereka orang yang baru kami
kenal, ternyata inilah bedanya para pendaki dengan orang lain. Sifat
kekerabatan dan kekeluargaan inilah yang diajarkan oleh kegiatan ini. Para
pendaki selalu menganggap para pendaki lain seolah-olah keluarga atau teman
dekat mereka, sehingga mereka tak risih untuk bercerita, sharing bersama, dan
saling berbagi. Di pondok tersebut kami juga sempat bertemu kawan lama yaitu si
Azhar yang kebetulan baru sampai dari perjalanan turunnya dari ranu kumbolo. Dia
bercerita bahwa kondisi cuaca disana sagatlah buruk, tiap hari hujan dan dia
tak berkutik hanya berada dalam tenda saja. “Aku cuma bisa mendoakan kalian
semoga bisa nyampek di puncak dengan selamat, kalaupun tidak bisa kapan-kapan
kita naik bareng-bareng lagi aja bro kesini!!! “ kata si Azhar. Setelah itu dia
berpamitan mau pulang karena truk rombongan dia sudah menunggu dari siang. Kami
sempat berpikiran meskipun ekspedisi ini tidak sesuai dengan rencana, kami
harus tetap melanjutkan ekspedisi ini dan apapun kondisinya kami harus tetap
bisa sampai ke puncak. Dalam guyuran hujan malam itu, kami mencoba memejamkan
mata sejenak di pondok tersebut.
Kemudian sekitar pukul 03.00 pagi kami terbangun
dan melihat kondisi cuaca yang sudah membaik, kami memutuskan untuk berangkat
saat itu juga. Kami berangkat saat para pendaki lainnya masih terlelap dalam
dalam dinginnya malam itu, kami berangkat dengan satu tujuan harus bisa sampai
Ranu kumbolo sekitar jam 06.00 pagi sambil istirahat sejenak untuk menikmati
indahnya Ranu kumbolo. Berbekal nyala lampu senter di pagi yang masih gelap
buta itu, kami berjalan menyusuri lebatnya semak belukar yang masih basah
akibat guyuran hujan semalam. Alhasil pakaian kami basah akibat seringnya
bersinggungan langsung dengan semak belukar tadi. Meskipun treknya agak landai
dan tak terlalu sulit untuk dilalui, kami juga harus berhati-hati terhadap
banyaknya pohon yang tumbang yang menutupi trek dan semak belukar yang
terkadang batang-batangnya menyulitkan kami untuk melewatinya. Setelah lama
berjalan akhirnya kami tiba di pos pertama jalur antara Ranu pane – Ranu Kumbolo yang
biasanya disebut Watu rejeng. Kami istirahat sejenak sambil menyantap ketela
untuk mengisi energy kami kembali, di pos 1 ini terdapat bangunan seperti
pondok untuk tempat istirahat para pendaki. Di watu rejeng ini sendiri terdapat
3 pos untuk tempat para pendaki istirahat, hal ini mengindikasikan jauhnya
jarak yang ditempuh untuk ke Ranu kumbolo.
|
Pos 3 Watu Rejeng - Ranu kumbolo
|
Di
ranu kumbolo ini kami tak mendirikan tenda karena kami sampai disini baru
sekitar jam 09.00 WIB, kami berencana mendirikan tenda nanti di Pos Kalimati
saja. Karena langit saat itu mulai mendung, kami pun memilih bangunan dekat
danau ini untuk tempat istirahat dan memasak makanan. Kami membongkar carrier
kami masing-masing dan mengeluarkan peralatan memasak dan makanan untuk segera
dimasak. Kami memasak air terlebih dahulu untuk membuat kopi panas, baru
memasak nasi, mie dan ikan sardine. Sambil menunggu masakan matang, segelas kopi panas dan alunan lagu Dewa 19
“Mahameru” yang merupakan lagu wajib bagi para pendaki Semeru menemani kami.
Tak berselang lama hujanpun turun dengan derasnya yang menandakan cuaca sudah mulai
tak bersahabat lagi. Nasi, Mie dan ikan sardine pun telah matang dan siap untuk
disajikan. Kamipun makan dengan lahapnya setelah semalam tak makan nasi sama
sekali. Sungguh menjadi seorang bacpaker banyak memberikan perubahan bagi kita,
disini kita tak akan mengenal lagi istilah manja. Disini kita dididik oleh alam
untuk mandiri dan mensyukuri apapun yang alam berikan kepada kita. Sambil
menunggu hujan reda, kamipun bersiap-siap merapikan barang bawaan kami untuk
dimasukkan ke carrier lagi. Setelah cuaca agak reda, pukul 12.00 WIB kami segera
bersiap-siap melanjutkan perjalanan kembali tetapi kami harus mengisi
perbekalan air yang mulai habis. Botol-botol kami isi air dari ranu kumbolo dan
mengambilnya pun agak jauh dari tepi agar air yang kami ambil benar-benar
bersih. Setelah semua beres, “Tanjakan Cinta” sudah ada didepan mata kami untuk
segera kami taklukan. Julukan tanjakan cinta diberikan ke salah satu trek yang
menanjak yang letaknya sehabis Ranu kumbolo menuju Oro-oro Ombo dan asal usul
nama tersebut berasal dari bentuk trek yang kalau dilihat dari jauh dulunya
membentuk gambar hati atau cinta.
|
Ranu kumbolo dari atas
|
|
Tanjakan Cinta |
Setelah melewati
tanjakan cinta, kami disuguhkan pemandangan berupa padang savana yang luas yang
disebut Oro-oro Ombo. Sungguh banyak tempat yang indah pemandangannya digunung
ini, jadi tidak salah gunung ini adalah favorit bagi fotografer alam. Disini
kita terdapat 2 jalur yaitu jalur melewati jalanan pinggiran bukit dan jalur turun langsung
kebawah melewati padang savanna. Kami memilih lewat trek pertama yaitu melewati bukit
karena jalur yang melewati savanna keliatan becek saat itu.
|
Oro-oro Ombo
|
Setelah melewati
padang savanna yang luas yaitu Oro-oro Ombo, sampailah kami di kawasan hutan
cemara yang disebut Cemoro kandang. Disini jalanan sudah mulai menanjak kembali
sehingga tidak jarang kami sering berhenti untuk menghela nafas sejenak.
Kondisi Hutan cemoro kandang saat itu habis terbakar saat musim kemarau
beberapa bulan yang lalu. Saking panasnya suhu saat itu, banyak ilalang dan
rerumputan yang mengering sehingga api sangatlah mudah membakar kawasan ini.
Kejadian terbakarnya hutan di Semeru ini berlangsung dari bulan Juli-Agustus
2011 yang lalu.
|
Ketemu sama Temen satu daerah |
|
Bekas Hutan Jambangan terbakar |
Setelah beberapa
jam berjalan dan mendaki, Sampailah kami dikawasan hutan edelweiss yang saat
itu belum waktunya musim berbunga yang disebut sebagai kawasan jambangan. Setelah berjalan beberapa jam, sekitar pukul
16.00 WIB kami sampai di pos Kalimati yang disambut turunnya hujan akibat kabut
tebal yang turun dari puncak Semeru. Pos kalimati adalah base camp terakhir
para pendaki sebelum ingin mendaki puncak mahameru dan disinilah merupakan
batas akhir yang diizinkan untuk mendaki, selebihnya sudah tidak diperbolehkan
lagi karena status Gunung Semeru saat itu masih Waspada. Kami langsung
mendirikan tenda di bawah guyuran hujan yang deras, karena langit saat itu
sudah mulai petang. Tak salah kalau tenda yang kami bangun akhirnya basah dan
bagian dalamnya kemasukan air. Hujanpun berlanjut hingga sepanjang malam yang membuat
tenda kami tak nyaman untuk kami tinggali karena lama-kelamaan air dari luar
merembes kedalam tenda dan membuat barang-barang kami basah semua termasuk
sleeping bag kami. Kami terpaksa tidur dalam basahnya tenda dan hawa dingin
yang menusuk malam itu dan berharap esok pagi hujan sudah reda dan bisa
melanjutkan tujuan utama kami yaitu menaklukan puncak Mahameru. Waktu terus
bergulir dan hujanpun tak kunjung reda, saya terbangun beberapa kali karena
menggigil kedinginan.
Keesokan paginya hujan mulai reda sekitar pukul
04.00 WIB, tapi saat itupun tak ada pendaki yang keluar untuk melanjutkan
perjalanan ke puncak. Mungkin waktunya sudah terlambat pikiran mereka, kamipun
langsung buru-buru bangun dan bergegas untuk mencoba melanjutkan perjalanan ke
puncak. Biarpun kami sadar sangat terlambat, tapi kami memaksa untuk melanjutkan
perjalanan ini. Kami berangkat berdua berbekal coklat dan satu botol air minum,
kami melewati hutan cemara dengan jalanan yang menanjak curam. Mataharipun
sudah terbit di celah-celah pepohonan pinus yang semakin membuat perjalanan yang sebenarnya dalam benak kami
sungguh tak enak untuk diteruskan. Di tengah perjalanan yang hampir sampai ke
Arcopodo akhirnya kami putus asa dan berunding kembali apakah perjalanan ini diteruskan apa tidak, karena
perjalanan ini masih membutuhkan waktu yang lama dan kamipun belum tahu apakah
bisa sampai tepat waktu dan kondisinya masih aman untuk melakukan pendakian. Semeru mulai aktif pagi itu dengan menyemburkan asap yang berupa
gas beracun berserta batu-batu kerikil sekitar pukul 09.00 WIB, jadi diatas jam
itu para pendaki sebaiknya harus turun dari puncak bila tak ingin nyawa menjadi taruhannya.
Untuk mendaki puncak Mahameru dibutuhkan waktu setidaknya 6 jam, jadi waktu
yang terbaik untuk mendaki puncak semeru sekitar pukul 00.00 atau 01.00 WIB.
Akhirnya kami terpaksa memutuskan untuk
turun kembali ke Pos Kalimati dan berunding lagi untuk mencari solusi yang
terbaik dalam keadaan saat itu.
Karena saat itu
cuaca memang sangatlah bagus dan cerah, mereka mengajak kami untuk mendirikan
tenda di Arcopodo saja, supaya waktu pendakian bisa lebih cepat. Tapi kami tetap
memutuskan berangkat dari Kalimati saja karena trek menuju Arcopodo sangatlah
tak bersahabat dan kami mempersilahkan mereka berangkat duluan dan janjian
ketemu di puncak Mahameru esoknya. Sore pun menjelang dan satu dua pendaki
baru yang berdatangan di Kalimati, doa dan optimisme kami seolah didengar oleh
Tuhan. Malam itu Tuhan benar-benar mendengarkan do'a kami berdua, kami benar-benar diberikan cuaca yang sangat cerah bahkan
cahaya bulanpun terlihat dengan jelas dari celah dedaunan pohon pinus diatas tenda kami. Kamipun
beristirahat sambil menyiapkan stamina untuk perjalanan yang bersejarah bagi
hidup kami ini. Sebelum pendakian dimulai kawan saya mengeluh badannya
kurang fit dan batuk terus menerus sepanjang malam itu. Tak ingin perjalanan kami gagal, dia saya suruh minum obat dan sesegera mungkin istirahat. Jam 24.00 WIB kami
terbangun karena banyak para pendaki yang keluar dari tendanya untuk siap-siap
melakukan pendakian malam itu. Kami seolah ketinggalan karena tenda disamping
kami sudah keliatan kosong semua, memang malam itu benar-benar malam yang sangat bagus
untuk melakukan pendakian ke puncak. Padahal di bulan-bulan seperti ini cuaca
disini hujan setiap hari, sungguh beruntungnya kami bisa mendaki ke puncak saat
sebagian orang takut akan kejamnya cuaca di semeru. Keluar dari tenda seakan kami masuk dalam lemari es saja, entah suhu dimalam itu keliatannya 0 derajat. Tak ingin berlarut-larut dalam kedinginan, sayapun mendobel hingga 4 lapis potong baju untuk saya kenakan agar badan ini tidak menggigil kedinginan. Kamipun berangkat Cuma berbekal
sebotol air minum dan coklat, perjalanan pun dimulai dengan berjalan melewati lebatnya hutan di kaki
gunung semeru. Perjalanan ke puncak membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam, hal
ini membuat kami harus bisa secepat mungkin mengejar sunrise di puncak.
Dengan trek yang
terus menanjak dan sangat menantang, kami berjalan terus hingga sampailah kami
di Arcopodo. Nama Arcopodo berarti arca kembar yang dulunya ditempat ini memang
benar terdapat Arca kembar sebagai penanda lokasi ini. Ditempat ini kami
mengstirahatkan tubuh sejenak sambil minum air dan makan sedikit coklat dari
bekal yang kami bawa, dan ternyata disini kami bertemu lagi dengan kawan-kawan
pendaki dari Ambon. Mereka baru mau berangkat karena mereka agak telat bangun
tadinya. Seolah tak ingin berlama-lama untuk istirahat, sayapun bangun dan
berpamitan ke mereka untuk melanjutkan perjalanan lagi. Setelah sejam berjalan
sampailah kami di batas vegetasi di gunung ini yaitu di cemoro tunggal. Cemoro
tunggal sebenarnya sebuah pohon yang tumbuh paling terakhir di lereng semeru
dan menjadi pembatas antara hutan pohon cemara dan pasir di lereng semeru. Tapi
cemara tersebut sudah hilang alias roboh akibat longsoran pasir dari Semeru beberapa
tahun yang lalu. Dari sinilah perjalanan yang sebenarnya dimulai yaitu
perjalanan melewati pasir, dari sini juga sudah terlihat puncak gunung semeru
biarpun saat itu masih gelap. Kami memulai perjalanan dengan melewati tanah
berpasir dan berbatu. Inilah taste nya mendaki gunung ini, kita berjalan naik 5
langkah dan merosot turun 3 langkah dan seterusnya karena kita memang lagi
berjalan diatas pasir yang licin. Untungnya kami memakai sepatu, seandainya tidak
entah kaki kami jadi apa nantinya. Karena perjalanan disinilah yang paling
berat dan membutuhkan stamina ekstra untuk melakukannya, jadi memang benar
disinilah perjalanan yang sangat menghabiskan waktu. Para pendaki yang
diantaranya kami juga saat itu entah berapa kali istirahat. Baru berjalan
beberapa meter sudah istirahat dan seterusnya, apalagi kami terkadang sampai
merangkak dan memanjat apabila pasir yang kami pijaki benar-benar licin dan
membahayakan untuk dilewati. Setelah 4 jam berjalan melewati ganasnya pasir
lereng semeru. Akhirnya kami sampai di puncak tertinggi di Pulau jawa yaitu “Mahameru”
yang merupakan nama puncak tertinggi di Gunung Semeru. Sunrise pun menyambut
kedatangan kami dan seolah menyapu semua rasa capek di tubuh ini. Kamipun
sangat bersyukur bisa sampai di puncak tertinggi di pulau jawa ini, matahari
pagi menyingkap kabut-kabut yang menghalangi indahnya pemandangan alam
disekitar gunung ini. Sungguh perjalanan yang luar biasa capeknya dan membutuhkan perjuangan yang ekstra untuk bisa sampai kepuncak. Dari indahnya pegunungan bromo tengger, Arjuno-welirang,
Argopuro hingga kota Malang dan Lumajang terlihat jelas dari puncak. Tak lupa
kawah Jonggring Saloka yang masih diam alias belum beraktifitas kami potret
sebagai oleh-oleh picture dari puncak.
|
Sunrise dari Puncak Mahameru
|
|
In Memoriam Soe Hok Gie |
|
Indahnya Negriku |
|
Puncak Mahameru
|
|
Kawah Jonggring Saloka
|
|
TNGBTS - Indahnya Indonesiaku
|
Setelah kami rasa puas, kamipun turun sekitar
pukul 07.30 WIB. Perjalanan turun inilah yang sangat menyenangkan menurut saya,
karena kita bisa berlari dari puncak ke bawah dengan cepat, tetapi tetap
memperhatikan konsep kehati-hatian dalam melakukannya. Di tengah perjalanan
turun baru kami dengarkan suara menggelegar dari puncak yang ternyata saat itu
dimulainya aktivitas gunung ini yang mengindikasikan semua pendaki harus turun
saat itu juga. Cuma 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk turun dari puncak ke
Kalimati. Sungguh perjalanan yang melelahkan dan tak terlupakan bagi kami.
|
Arcopodo |
|
Kalimati |
|
Makan yuk seadanya |
Akhirnya sekitar pukul 19.00 WIB sampailah kami
Pos perijinan Ranu pane dan melanjutkan perjalanan turun lagi menuju rumah
salah satu penduduk di Ranu Pane tempat kami menitipkan sepeda motor. Untungnya
si pemilik rumah baik hati kepada kami, kami diberi saran agar tak pulang dulu
malam itu dan sebaiknya menginap saja dulu dirumahnya. Akhirnya kami menginap
dirumahnya malam itu dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah keesokan
paginya. Demikianlah akhir cerita dari pengalaman saya mendaki Gunung Semeru. Banyak
pelajaran yang bisa saya ambil dari melakukan perjalanan ini dan semoga
pelajaran tersebut juga bisa kalian nimati nantinya. Keep our earth, Trust your self and happy find new experience!!!
Thank's to Mahameru, we will are back again,,,
(28 Desember 2011 – 1 Januari 2012)
kalo dari kalimati bisa ga bawa carrier sampai puncak???
BalasHapussaran ane mending bawa daypack aja bang yang isinya makanan, minuman dan barang2 yg diperlukan spy gk berat2 bawa beban ke puncak,,,
BalasHapuspengalaman ane pas muncak ke mahameru, blm ada yg pernah bawa carrier yang isinya full, rata2 bawaannya dikurangin pas dibawah/ ditinggal ditenda...
medannya berat, bawa badan doang naik bisa 5-6 jam an bang...
mending perhatiin keselamatan diri sendiri daripada barang bawaan bang, ane jamin insya allah gk ada maling baik dikalimati maupun arcopodo...
wah keren neeh bang...
BalasHapustapi btw jalur atau rute atau jejak setapak ada kan bang dari ranu pane sampe mahamerunya..???
thx inffonya,..
Sangat jelas keliatan, kecuali jalan turun dari puncak ke kalimati tu biasanya banyak pendaki yang tersesat ke arah jalur arcopodo lama,,, usahakan selalu bertanya bila memang2 betul tidak tahu & mending join dengan rombongan lain bila memang belum mengenal medan semeru...
BalasHapuskeep spirit bro!!!
waaaahh mantap klo gt....
BalasHapustapi boleh kan gan ane ikut/gabung klo misal agannya mau muncak/hiking/adventure lagi kegunung mana aja deeehh..
cz mapala kampus ane udah malas ndaki2 gunung....
mumpung masih muda + masih kuat ndaki2 gunung...
hehhehhe
Boleh2,,, pertengahan bulan oktober ane ada agenda muncak lg ntah ke gunung mana, kalo pengen join sms aja ke no Q: 085730107813..
BalasHapusBang ovrilianto asalnya mana tuh??
bang rencana 21-25/26 des ini ane mao naek semeru sm temen2.....kalo boleh tau kondisi semeru ankhir desember itu masih memungkinkan untuk didaki ngga, khususnya bagi pendaki pemula???..thnx b4
BalasHapusYg penting perlengkapan pendakian hrs lengkap, soalnya bln desember identik lg ganas2nya musim ujan. jas ujan ato jaket waterproof yg terpenting, cuaca dari pagi hingga malam cenderung mendung terus dan gerimis. hal itu membuat perjlanan agak susah terutama perkiraan bwt muncak, ane saranin seumpama gk bisa berangkat muncak dini hari itu jg, jngan sekali2 dipaksakan masbro, krn hal ini berhubungan dg nyawa anda sendiri....
BalasHapusBerdoa yg terpenting masbro untuk keselamatan masing2...
Saya belum pernah naik gunung sama sekali ... posisi di Jakarta ... punya ransel yg 35 liter aja ... rencana mau pakai jasa porter dan kita rencananya ber5 ... kira2 apa yg harus dipersiapkan yah Bro? Thanks
BalasHapusSaya belum pernah naik gunung sama sekali ... posisi di Jakarta ... punya ransel yg 35 liter aja ... rencana mau pakai jasa porter dan kita rencananya ber5 ... kira2 apa yg harus dipersiapkan yah Bro? Thanks
BalasHapusThanks sebelumnya tlah berkunjung ke blog ane bang markus,,
BalasHapusPersiapan dasar yg penting bagi pendaki pemula yaitu persiapan fisik dan mental, prepare fisik dengan olahraga kecil2an dari sekarang dan jaga kondisi badan karena anda akan melakukan long trip yg membutuhkan stamina yg luar biasa. Untuk persiapan yg lain seperti perlengkapan, perbekalan dll bs dilengkapi, di Ranu pane skrang sudah banyak tempat persewaan perlengkapan, jd agan gk usah repot2 membawa jauh2 dari jakarta krn ransel agan cm 35L aja,, Untuk jasa porter jg sangat mudah dijumpai disana, langsung minta CP nya aj ke sopir jeep atau truk nantinya, ohh ya jangan lupa menawar bang,,
Persiapan yg maksimal menjadi bekal anda untuk melakukan perjalanan menaklukan alam semeru, karena itu sangat diperlukan untuk meminimalisir resiko keselamatan rombongan anda nantinya,,
Cukup saran dari saya segitu aj bang,, Thanks
TogelDomino Banyak Bonusnya :
BalasHapus> Bonus Gratis 10 HP Oppo A3
> Diskon Togel 66%
> Bonus Deposit Harian
> Bonus Cashback Sportsbook 15%
> Bonus Cashback Mix Parlay 100%
> Bonus Rollingan Live Casino 0.8%
> Bonus Cashback E-Games 20%
> Bonus Rollingan Poker 0.5%
> Bonus Referral 3%
Minimal Deposit Hanya 20 Ribu
Minimal Withdraw Hanya 50 Ribu
Daftar Sekarang Juga di :
Cari di GOOGLE : togeldomino
Hubungi Kami di :
Whatsapp : +855 97 521 9728
BBM : togeldo
Wechat : togeldomino
Situs Bola88
Capsa Susun
togels4d.online