|
View G.Wilis dari Nganjuk |
Bukan lagi asyik, waw atau wonderful, tapi kata yg pantas untuk momen saat itu ya ini 'estemewah'. Kurang lebih sudah 4 tahun yang lalu
peristiwa ini aku lalui bersama teman-teman seperjuanganku dari kecil. Seperti
biasanya kami tak pernah diam bila ada waktu luang yang nganggur, ya bermula
dari sinilah kami mempunyai hobi yang baru sebagai bolang mania. Saat-saat itu
teringat ketika kami sudah mempunyai kesibukan masing-masing sebagai mahasiswa
dan pekerja, apalagi ditambah kepenatan kegiatan kampus yaitu kuliah +
pengkaderan, belum lagi temenku yang bekerja dari senin-sabtu. Dan hari libur
adalah hari dimana hari yang sangat berharga bagi kami dan sudah kami
tunggu-tunggu, kebetulan kami bisa berkumpul kembali Cuma di liburan tahun
baru. Segera kami rencanakan akan melakukan trip ketempat mana yang aman dan
menyenangkan, ditambah musim hujan yang lagi lebat-lebatnya saat itu. Akhirnya
kami berencana akan merayakan tahun baru di Kediri tepatnya di G.Kelud. Tak ada
persiapan khusus yang harus kami lakukan karena saat itu juga hari sabtu kalo
gk salah pukul 10.00 pagi kami berangkat langsung naik motor dengan tujuan
pertama menyambangi kampung inggris di Pare-Kediri.
Mengapa kami menyambangi
tempat itu?? Sekedar penasaran saja gimana sih kondisi tempat yang dinamakan
sebagai kampungnya orang yang pengen belajar bhs. Inggris, apalagi temanku Sas
dan Syamsu pernah belajar disana selama 6 bulan. Sekitar 3 jam perjalanan kami
sudah sampai ditempat tersebut, betapa mencengangkannya tua muda hilir mudik,
ada yang berjalan maupun mengayuh sepeda masuk ke rumah satu dan keluar menuju
rumah lainnya hanya demi sebuah ilmu. Sungguh kampung yang luar biasa dan saya
punya niat bila suatu saat ada waktu luang saya akan belajar ketempat ini.
Setelah saya cukup puas jalan-jalan dikampung inggris Pare ini dan hari itu
masih siang sekitar pukul 14.30 WIB, saya pun mengusulkan pergi ke tempat lain
dulu sambil menunggu malam datang. Air terjun Sedudo – Nganjuk pun menjadi
tujuan kami berikutnya saat itu, meskipun kami tak tahu lokasi tempat itu kami
berangkat saja. Berdasar feeling yang kuat dan mengikuti penunjuk jalan yang
ada ditambah tanya2 informasi ke orang-orang disepanjang jalan, akhirnya kami
sampai di kaki gunung wilis yang merupakan lokasi air terjun sedudo berada.
Sawah yang hijau dan indah ditambah hawa sejuk tempat itu semakin menambah
kepenasaran saya akan tempat itu, dan setelah bersepeda motor selama 2 jam
akhirnya kami sampai juga di kawasan wisata Air terjun sedudo. Kami tak mau
membuang waktu dan bersegera mencari tempat parkir bwt motor kami, setelah
membeli karcis seharga Rp.5000,- kamipun berjalan naik turun dengan jarak yang
lumayan jauh sekitar 2 km. Dari kejauhan terdengar suara dentuman air yang
jatuh yang menandakan kami sudah dekat keliahatannya, kamipun tak bisa
menikmati air tejun tersebut secara menyeluruh karena hujan sudah menyambut
saat kami tiba diloksi air terjun ditambah hari sudah berganti menjadi malam.
|
Air Terjun Sedudo tampak dari belakang |
|
Air Terjun Sedudo |
Kamipun Cuma sebentar ditempat
itu karena kondisinya yang sudah tak kondusif lagi dikarenakan gerimis yang tak
kunjung reda-reda. Segera kami meluncur kembali menuju kota kediri melewati
jalann turunan yang curam ditambah licin karena sehabis hujan, belum lagi kami
harus kehujanan lagi ditengah perjalanan semakin menambah derita dimalam itu.
Sesampainya di pintu masuk kota Kediri segera kami mencari warung makan dan
pilihan kmi jatuh pada nasi bebek. Karena hari sudah beranjak malam saat itu
para muda-mudi sudah banyak yang keluar kejalanan malam itu sambil konvoi
mengendarai motornya disepanjang jalan. Dan tujuan mereka sama dengan kami
yaitu menuju pusat kota kediri yaitu Simpang 5, betapa mencengangnya setibanya
kami tiba disana, ratusan bahkan ribuan motor mungkin sudah memadati bundaran
simpang lima sambil berkonvoi ramai-ramai. Dari kejauhan kelihatan sebuah
bangunan mirip bangunan bersejarah di perancis ntah apa namanya yang menjadi
simbol/maskot/ikon dari simpang 5 ini. Kami harus memarkir kendaraan kami
diseberang jalan sana yang jaraknya mungkin lumayan jauh dari bangunan
tersebut, dan kami tersihir oleh kemodernan tempat ini yaitu disediakannya
lorong bawah tanah bagi pejalan kaki untuk menuju bangunan tersebut tanpa
menganggu lalu lintas dibundaran tersebut. Sambil menunggu detik2 tahun baru
datang, kami jalan-jalan disekeliling bangunan tersebut sambil menikmati
indahnya pemandangan diselilingnya. Malam tahun barupun tiba dan suara letusan
mercon/petasan saling saut menyaut dilangit simpang 5 ntah sampai jam berapa
tak ada habisnya dipagi dinihari itu, setelah orang2 smw puas merayakan tahun
baru ditempat itu semuanya pulang dengan bahagia.
|
Simpang 5 Gumul |
|
Simpang 5 Gumul Krdiri |
Kamipun
melanjutkan perjalanan lagi menuju Gunung Kelud, dengan mengikuti rambu yang
ada kami memacu kendaraan kami hati-hati karena jalanan masih ramai saat itu.
Setelah berkendara selama 1 jam kami sampai di pintu gerbang objek wisata
tersebut dan ternyata masih ditutup, kamipun akhirnya balik mencari masjid
untuk mengistirahatkan tubuh kami yang lelah seharian melakukan perjalanan.
Adzan subuhpun berkumandang dan seusai melaksanakan sholat subuh kami bergegas
melanjutkan perjalanan lagi menuju Gunung kelud, dengan jalanan berkelok-kelok
naik turun yang terkadang membuat motor kami tak kuta untuk melewatinya,
setibanya diparkiran suasana sepi lah yang menyambut kami disana. Sambil
menahan dinginnya suhu dipagi itu, kamipun menunggu diwarung depan parkiran.
Kemudian satu-persatu orang berdatangan yang membuat tempat itu berganti jadi
sedikit ramai, kamipun bergerak menuju Gunung anak kelud yang setahun
sebelumnya bererupsi atau tak ajadi meletus tepatnya. Sebenarnya kami kecewa
karena dulunya kelud dikenang oleh seseorang karena keindahan kawahnya dan
sekarang kawahnya tertutup sebuah gunung kecil yang semoga mensajikan
pemandangan yang tetap indah. Kmipun berjalan melewati lorong bawah tanah gelap
gulita mirip goa yang dibuat penjajah dulu sepanjang 1 km dan ketika keluar
pemandangan bukit atau lereng kawah kelud sangatlah indah terlihat dari posisi
kami yang masih berada dibawah. Kamipun berusaha mencari sebuah spot yang
tinggi agar benar-benar bisa menikmati keindahannya dan akhirnya sebuah anak
tangga yang jaraknya ntah barapa meter mengarahkan kami menuju salah satu
puncak di gunung ini, kamipun tak menyia-nyikan kesempatan itu dan langsung
tancap gas menaiki satu persatu anak tangga tersebut. Ternyata capek juga untuk
melewati beratus-ratus anak tangga tersebut dan puncak lah yang menjadi obat
dari perjuangan tersebut, dari sinilah terhampar keindahan G. Kelud dari atas
yang banyak menggmbarkan betapa dahyatnya letusan gunung ini dahulunya sehingga
membentuk kawah yang sebesar ini. Setelah puas menikmati pemandangan puncak G.
Kelud, kamipun turun untuk menuju spot terdekat dengan G. Anak kelud. Gunung
tersebut masih aktif sehingga tidak diperbolehkan mendekat sepersekian meter
yang ditandai dengan adanya pagar untuk membatasai seseorang yang mau melihat
gunung tersebut dari dekat. Setelah puas juga kami akhirnya kembali dan menuju
sungai air panas yang bersumber asli dari gunung kelud. Menuruni beratus-ratus
anak tangga membuat kami sempat minder bagaimana baliknya nanti?? Tapi kami tetap
berjalan turun dan akhirnya terhamparlah sebuah pemandangan bebatuan coklat
akibat dilewati air panas berkabut yang mengandung belerang, pasti sangat panas
iar tersebut pikirku. Untungnya disitu juga ada sumber air dingin yang membuat
campuran air hangat dan tak begitu panas sehingga orang dapat mandi di sungai
itu, jeleknya tak ada fasilitas yang dibangun untuk orang dapat mandi disitu,
sehingga orang2 kebanyakan hanya menikmati airpanasnya dengan merendam kakinya
saja. Setelah puas bermain-main dengan air panas, kamipun kembali dengan
menaiki anak tangga yang sangat menguras tenaga kami. Rasa lemas dan capek pun
menjangkiti kami setelah kami tiba diatas kembali dan warung makan pun jadi
tujuan kami untuk menghilangkan rasa itu, segera kami memesan nasi pecel khas
kediri dan segelas teh hangat. Tak terasa hari beranjak siang yang menandakan
perjalanan ini harus kami akhiri, dan kamipun kembali pulang ke rumah dengan
oleh-oleh pengalaman yang tak terlupakan. Semoga menjadi referensi yang
bermanfaat dan jangan takut menjadi travelista, Cayooo!!!
Demikian Cerita edisi jalan-jalan kami dari Nganjuk dan Kediri, kami pulang membawa banyak oleh-oleh selain capek yaitu cerita pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Jalan-jalan atau Travelling memang tak ada ruginya sih, selama masih muda why not?? masih banyak tempat di bumi indonesia ini yg sangat indah dan mempesona. Ayo Jalan-jalan rek,,
Ikut nimbrung di sekitar Nganjuk. Salam kenal dari Kami, Sanggar Rias Mbak Eli : http://riaseli.blogspot.com/
BalasHapusMaaf mau meninggalkan jejak
Pusat Produk perlengkapan camping di Kediri, Pare, Blitar, Tulungagung, Nganjuk bisa ke toko outdoor WilBOZ Adventure Kediri
Kunjungi blog disini http://wilbozadventure.blogspot.co.id/